Diskusi Pengembangan EBTKE yang Efisien

Diskusi Pengembangan EBTKE yang Efisien

19-ebtketalkshowebtke #priyowJakarta –  “Saya berharap industri di sektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) menjadi industri yang akan sangat kompetitif. Industri yang akan bangga dengan output-nya itu lebih lama lebih baik, tetapi harganya lebih kompetitif.”

 

Hal tersebut dikatakan oleh Menteri Energi & Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan ketika berbicara di depan peserta forum Diskusi Akhir Tahun  EBTKE berjudul “Kinerja 2016 dan Outlook 2017”. Diskusi berlangsung  di Royal Kuningan Hotel, Rabu (21/12).

 

Diskusi merupakan kerja sama Kementerian ESDM, Tempo Media Group dan Pertamina. Hadir dalam diskusi tersebut Menteri ESDM Ignasius Jonan, Dirjen EBTKE Rida Mulyana, Pemimpin Redaksi Tempo Media Group Wahyu Muryadi, Direktur Gas Pertamina Yenni Andayani, dan lain-lain.

 

Hal tersebut dika­takan olehnya setelah memban­dingkan industri otomotif, indutri migas, termasuk industri energi baru terbarukan dan konservasi energi. Ia melihat bahwa industri EBTKE belumlah efisien, sehingga harga jualnya menjadi mahal.  Jonan menegaskan bahwa pemerintah selalu mendukung adanya bauran energi, men­dukung pengembangan re­newable energy, dan men­dukung harga energi yang lebih murah.

 

Dalam sesi diskusi, tampil Dirjen EBTKE Rida Mulyana, Direktur Gas Pertamina Yenni Andayani, Kepala Divisi Energi Baru Terbarukan PT PLN Syah Darwin Siregar  dan  staf  pengajar Fakultas Ekonomika & Bisnis UGM  Fahmi Radhi. Diskusi dimoderatori Tommi Ariyanto (dari Tempo).

 

Yenni Andayani ketika tampil berbicara mengakui, dalam dua tahun terakhir ini, sejak pembentukan Direk­torat Gas Pertamina, masih diper­lukan upaya yang lebih keras lagi untuk mencapai target.  Yenni menjelaskan, saat ini Direktorat Gas hanya mengurusi energi ter­ba­ru­kan yang berkaitan dengan ke­listrikan, tidak lagi mena­ngani  energi  terbarukan non-ke­lis­trikan sebagai substitusi fuel.

 

Yenni menyadari bisnis energi baru terbarukan be­lum maksimal ber­kembang, karena berbagai halangan, jika terus diban­dingkan de­ngan fosil fuel. “Dalam konsep Perta­mina, kalau kita berbicara renewable energy, itu harus kita gabungkan dengan gas atau dengan LNG. Sehingga portofolionya, harga jual kelistrikannya pun diharapkan akan bisa lebih rendah, karena harga jual gas itu lebih rendah dari harga jual energi baru terbarukan. Jika dikombinasikan, penjualan ke­listrikannya pun akan lebih menarik,” tegas Yenni.

 

Yenni memberikan con­toh apa yang dilakukan Per­tamina bekerja sama dengan BUM Desa Indonesia, untuk mengem­bangkan listrik di Lampung, berbasiskan hybrid, gas dan LNG.•URIP

Share this post