JAKARTA – Kinerja operasi dan efisiensi PT Pertamina (Persero) yang menjadi penopang kinerja keuangan perusahaan pada 2015. Pertamina bukukan laba bersih US$1,42 miliar di tengah situasi industri migas yang melemah sepanjang tahun lalu.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dalam press conference Kinerja Pertamina tahun buku 2015 menyatakan harga minyak mentah yang turun tajam dari kisaran angka US$106 per barel menjadi sekitar US$42 per barel sangat mempengaruhi kinerja seluruh perusahaan migas di dunia, termasuk Pertamina. Dia mengungkapkan banyak perusahaan melakukan langkah-langkah efisiensi, mulai dari pemotongan capex, opex yang berdampak langsung pada pelemahan kinerja hingga pemutusan hubungan kerja,
Pada saat industri yang melemah tersebut, kata Dwi, Pertamina justru meningkatkan kinerja operasi dari unit-unit bisnis dan anak perusahaannya selain terus melakukan efisiensi di berbagai lini, tanpa melakukan pemutusan hubungan kerja. Hasilnya, kata Dwi, Pertamina dapat meraih laba bersih US$1,42 miliar atau turun tipis dari pencapaian tahun 2014 sebesar US$1,45 miliar.
“Pertamina terlihat seperti anomali, di mana perusahaan-perusahaan didera pelambatan usaha hingga double digit, Pertamina hanya mengalami sedikit penurunan. Pertamina juga dapat mempertahankan para pekerjanya untuk terus mengabdi kepada perusahaan. Pencapaian ini tentu saja tidak terlepas dari upaya-upaya terobosan yang dilakukan sepanjang tahun 2015,” ungkap Dwi.
Produksi hulu migas Pertamina naik 11% dari 548,5 ribu barel setara minyak per hari menjadi 606,7 ribu barel per hari, di mana produksi gas menyumbang pertumbuhan yang signifikan yaitu 18% dari semula 1.61 BSCFD menjadi 1.90 BSCFD. Produksi panas bumi juga meningkat 8% menjadi 3.056,82 Gwh setara listrik.
Pencapaian penting di unit pengolahan juga terjadi tahun lalu, di mana pengoperasian RFCC CIlacap dan juga pengelolaan kembali TPPI memberikan dampak positif bagi kinerja pengolahan. Yield Valuable Product kilang Pertamina meningkat menjadi 75,52% dari sebelumnya 73,14%.
Di sisi pemasaran, penurunan harga produk dan juga semakin bervariasinya merek produk Pertamina berdampak pada peningkatan kinerja bisnis hilir. Pertalite yang pendistribusiannya dimulai pada Juli 2015, hingga akhir tahun yang sama telah terjual sebesar 373.040 KL. Selain itu, pelumas Pertamina tetap menjadi penguasa pangsa pasar hingga 59,1%.
Adapun, transportasi gas dan niaga gas juga meningkat masing-masing 4% dan 18% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sepanjang tahun lalu, transportasi gas Pertamina melalui anak perusahaan, yaitu Pertagas mencapai 531,17 BSCF, sedangkan niaga gas mencapai 48.230 ribu BBTU.
Dengan realisasi pendapatan US$41,76 miliar dan EBITDA sebesar US$5,13 miliar mencatatkan capaian EBITDA margin sebesar 12,28% atau tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Pencapaian penting dari sisi keuangan Pertamina adalah kesehatan keuangan yang ditunjukkan dengan pembayaran utang sebesar US$4,07 miliar selama 2015. Adapun, realisasi investasi tahun lalu mencapai US$3,62 miliar dengan 75% di antaranya dialokasikan untuk bisnis hulu.
Sementara itu, langkah efisiensi di segala lini terpantau melalui program Breakthrough Project New Initiatives Pertamina 2015 di mana sepanjang tahun lalu financial impact yang diperoleh dari program tersebut diperoleh efisiensi dan nilai tambah sebesar US$608,41 juta.
“Kinerja keuangan perusahaan yang semakin baik, menumbuhkan optimisme untuk rencana investasi dan ekspansi Pertamina di masa yang akan datang. Fokus kami saat ini adalah untuk investasi hulu dan juga kilang, selain melakukan pengembangan infrastruktur hilir migas,” kata Dwi.