Makassar – Maya (bukan nama sebenarnya), 10 tahun, lincah menari dengan penuh konsentrasi. Meski geraknya kadang bertabrakan dengan kawan di sebelah, tidak menyurutkan semangat Maya (7/11).
Maya adalah salah satu anak korban kekerasan di Kelurahan Pattingalloang, Kecamatan Ujung Tanah, Makassar. Menyitir data Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Makassar, tahun 2017 tercatat 1.406 kasus kekerasan anak di Makassar.
Dulu Maya selalu menutup diri, murung dan tak berani bicara. Semua berubah sejak Maya kecil belajar di Sekolah Anak Percaya Diri.
Sekolah informal asuhan Nuraeni ini berdiri sejak 2016. "Saya membuka sekolah ini karena prihatin melihat anak-anak korban kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan seksual di lingkungan sekitar," ujar Nuraeni.
Sesuai namanya, sekolah ini bertujuan mengembalikan rasa kepercayaan diri anak-anak. Melalui pembelajaran kebersihan diri dan lingkungan, membuat kerajinan, pengembangan bakat dan minat serta pendidikan akhlak.
Perkembangan anak-anak dimonitor oleh Nurfadhilah Hilman selaku "guru" sekolah melalui asesmen bulanan. "Saat ini ada sekitar 65 anak-anak yang ikuti sekolah setiap Jumat dan Minggu siang," kata Nuraeni.
Perjuangan Nuraeni tidaklah mudah, beruntung ia tak berjalan sendiri. Upayanya didukung Pertamina Marketing Operation Region (MOR) VII. Ade Oce, Operation Head Terminal BBM Makassar MOR VII, menjelaskan bahwa Sekolah Anak Percaya Diri merupakan bagian dari program CSR wilayah operasinya.
"Kami tidak asing dengan Bu Nuraeni, karena beliau adalah mitra binaan Pertamina. Makanya ketika beliau mengemukakan gagasan sekolah ini, kami dukung penuh," kata Ade. Pertamina memberikan sokongan melalui pengadaan sarana belajar dan dana operasional sekolah.
Pekerja Pertamina pun menyempatkan waktu mengisi sesi kegiatan belajar mengajar di Sekolah Anak Percaya Diri. Seperti yang dilakukan Ade beserta beberapa pekerja TBBM Makassar pada Rabu (07/11). Mereka berbagi pengetahuan tentang operasi TBBM, dan memberi motivasi agar anak-anak mengejar cita-cita mereka.
Lewat sekolah ini, anak-anak berangsur meraih kembali kepercayaan diri dan keceriaannya. Kini mereka berani mengungkapkan pendapat, lebih santun dan pede di muka umum. Pada perayaan Hari Kemerdekaan RI Agustus lalu, mereka tampil percaya diri membawakan tarian di depan para tamu undangan.