Jakarta, 1 Oktober 2020 – PT Pertamina (Persero) terus mendukung segala upaya pelestarian warisan budaya nasional. Salah satunya yaitu batik. Sejak tahun 1993, Pertamina telah membina lebih dari 250 UMKM perajin batik di berbagai wilayah di Indonesia. Pendampingan penuh diberikan secara intensif agar para perajin dapat naik kelas hingga Go Global.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, dukungan yang diberikan Pertamina dalam bentuk pemberian bantuan pinjaman permodalan. Setelah itu, para perajin yang menjadi mitra binaan Pertamina, ditingkatkan kemampuannya agar dapat bersaing. “Kami berikan beberapa program, yang terdiri dari upskilling bidang keuangan, marketing, promosi, maupun kegiatan lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan,” katanya.
Menurut Fajriyah, batik sendiri masuk ke dalam sektor industri kain. Di mana, Pertamina telah menganggarkan alokasi dana sebesar Rp 82,6 miliar untuk sektor industri ini di tahun 2020. Sedangkan dana yang telah di salurkan kepada 254 perajin batik Mitra Binaan Pertamina hingga kini yakni sebesar Rp 10 miliar.
“Pertamina mendorong UMKM mitra binaannya mampu memenuhi indikator UMKM naik kelas. Di antaranya mendapatkan izin usaha dan sertifikasi, serta penambahan omzet dan tenaga kerja. Tantangan itulah yang nantinya perlahan akan dihadapi para perajin. Dengan bantuan Pertamina, kami optimistis dapat menjadikan UMKM perajin batik binaan Pertamina menjadi naik kelas,” tutur Fajriyah.
Salah satu perajin batik yang menjadi Mitra Binaan Pertamina adalah Vitalia Nur Darmaningsih. Pemilik Rumah Batik Jinggar Yogyakarta ini, mulai menjadi mitra Pertamina sejak tahun 2016. Semenjak itu, banyak kemajuan yang dialami usahanya.
"Bukan hanya pinjaman, tapi juga pendampingan yang menurut saya luar biasa. Saya mendapat kesempatan untuk bisa memasarkan batik buatan saya, bukan hanya pameran di dalam negeri, tapi luar negeri," kata Vitalia.
Senada dengan Vitalia, perajin batik mitra binaan Pertamina Edy Handoko juga merasakan hal serupa. Pemilik usaha Batik Bintang Arut ini, sudah beberapa kali difasilitasi Pertamina untuk dapat ikut pameran di luar negeri. ”Pameran ke Belanda pada tahun 2012 dari Pertamina dan tahun 2016 ke Iraq juga dibantu oleh Pertamina. Saya berterima kasih atas bantuan itu,” tutur Edy.
Fajriyah mengatakan, upaya ini merupakan bentuk implementasi Goal 8 Sustainable Development Goals (SDGs), yakni mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan serta tenaga kerja penuh dan produktif. “Di mana diharapkan dapat membantu masyarakat mendapat pekerjaan yang layak dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” tuturnya.
Dengan mandirinya para perajin batik, Fajriyah berharap, batik dapat dikenal luas lagi terutama hingga mancanegara. Hal itu tidak terlepas dari ditetapkannya batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non-bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO. Pada saat itulah, momentum dipatenkannya batik resmi milik negara Indonesia. Kemudian diperkuat dengan Kepres No. 33 Tahun 2009 yang menetapkan setiap tanggal 2 Oktober sebagai hari Batik Nasional.
“Atas dasar itulah, Pertamina sebagai bagian dari BUMN memiliki tanggung jawab untuk turut melestarikan batik sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia,” tutup Fajriyah.**