JAKARTA – PT Pertamina (Persero) terus melanjutkan langkah-langkah antisipasi pendistribusian BBM dan LPG, untuk memastikan dampak cuaca ekstrem dapat diminimalisir sehingga pelayanan kepada masyarakat dapat dilaksanakan secara optimal.
Stok BBM saat ini dalam kondisi aman, di mana Premium berada di kisaran 18 hari, Solar 21 hari dan Avtur 28 hari. Adapun stok LPG berada di kisaran 17 hari.
Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir mengatakan cuaca ekstrem di perairan dan daratan di Tanah Air hingga saat ini masih dirasakan dampaknya terhadap upaya pendistribusian BBM dan LPG. Beberapa pelabuhan masih menerapkan larangan berlayar, termasuk kepada angkutan BBM dan LPG, seperti yang terjadi di Plaju, Palembang Sumatera Selatan.
Larangan berlayar yang diterapkan di Plaju, misalnya sempat berdampak pada pendistribusian BBM untuk wilayah Jambi dan sekitarnya. Sebagai antisipasi, Pertamina akan melakukan pengalihan pasokan, terutama Solar, dari Terminal BBM (TBBM) Kertapati dan TBBM Lubuk Linggau untuk menghindari kekosongan Solar di TBBM Jambi.
“Larangan berlayar karena cuaca buruk, masih diberlakukan di beberapa pelabuhan lainnya sehingga berpotensi menimbulkan keterlambatan-keterlambatan pengiriman kargo BBM dan LPG ke daerah tujuan. Pertamina terus mengupayakan berbagai langkah antisipasi, termasuk pengalihan-pengalihan pasokan untuk memastikan stok BBM dan LPG cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di berbagai daerah,” terang Ali.
Pertamina, tutur Ali, akan segera melakukan pengiriman pasokan BBM dan LPG apabila terjadi perubahan kebijakan syahbandar. Dia mencontohkan, setelah BBM tertahan selama 9 hari di Dermaga Namosain Kupang akibat cuaca ekstrem yang melanda NTT, akhirnya Pertamina bisa mengirimkan BBM ke Pulau Rote dan Pulau Sabu karena cuaca di perairan tersebut sudah mulai bersahabat dan pelabuhan sudah mengizinkan untuk berlayar sejak kemarin.
Di tengah cuaca buruk yang melanda perairan di Tanah Air, Pertamina melalui PHE ONWJ berhasil menyelamatkan 132 korban dari kapal KM Sahabat rute Tanjung Priok-Belitung yang tenggelam di perairan Jawa Barat, sebelah utara Tanjung Karawang. Korban terapung dengan menggunakan 12 life rafts (perahu karet penyelamat) di sekitar area wilayah operasi PHE ONWJ dengan kondisi tiga korban patah tulang, lima korban sakit, dan 124 korban luka ringan.
“Korban terpantau oleh fasilitas anjungan lepas pantai PHE ONWJ dan tim menurunkan dua kapal operasi untuk menyelamatkkan 108 penumpang dan 24 kru ABK Kapal Sahabat tersebut. Sudah menjadi komitmen Pertamina untuk selalu mengutamakan keselamatan orang dan lingkungan di sekitar area operasi,” ungkap Ali.
Kapal merapat di fasilitas dermaga PHE ONWJ, Marunda Jetty, menjelang tengah malam dan para korban langsung mendapatkan penanganan medis dan pendataan oleh tim PHE ONWJ. Kemudian korban diserahkan kepada pihak agen Kapal SAHABAT di hadapan Kapolres Jakarta Utara, Kadit Polair, KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai), dan Syahbandar untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Amankan Pasokan BBM Pasca Insiden Kebakaran Tanker Providen
Sementara itu, dalam upaya mengamankan pasokan BBM untuk wilayan NTT, Tanker Providen milik Pertamina terbakar di SPM (Single Point Mooring) Terminal BBM (TBBM) Tuban, Jawa timur. Kebakaran terjadi saat Tanker dalam kondisi kosong dan berencana untuk melakukan pengisian BBM dari TBBM Tuban sekitar pukul 12.00 WIB. Namun sebelum pengisian sempat dilakukan, tiba-tiba muncul percikan api yang mengakibatkan kebakaran. Kebakaran tersebut telah dapat dipadamkan pada pukul 14.30 WIB oleh Tim Pertamina.
Rencananya Tanker tersebut akan mengirimkan BBM ke Terminal BBM Kupang untuk memenuhi BBM di wilayah Nusa Tenggara Timur sebesar 5.500 KL Premium dan 9.500 KL Solar. Dengan kejadian ini, suplai Solar untuk wilayah NTT dialihkan ke Tanker Bangunrejo dari Maumere dan MT Patriot dari Kotabaru. Adapun untuk Premium di TBBM Kupang masih terpantau aman dengan ketahanan stock 13 hari. Kebakaran ini tidak mempengaruhi penyaluran BBM dari TBBM Tuban ke wilayah Jatim dan sekitarnya.