Palu - Menindaklanjuti informasi melalui media maupun yang disampaikan masyarakat, PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) VII Sulawesi menggelar operasi pasar elpiji 3 Kg di dua wilayah Sulawesi Tengah. Namun pasokan yang disediakan dalam dua operasi pasar ini, tidak banyak diserap oleh masyarakat (28/8).
Operasi pasar elpiji 3 Kg pertama di tiga titik di Kecamatan Tinombo Selatan Kabupaten Parigi Moutong dilaksanakan pada Sabtu dan Minggu (25-26/08). "Dalam operasi pasar ini Pertamina menyalurkan alokasi tambahan sebanyak 1.120 tabung elpiji 3 Kg. Namun hanya 289 tabung yang dibeli oleh masyarakat," disampaikan Unit Manager Communication & CSR MOR VII, M. Roby Hervindo. Pembelian elpiji 3 kg dibatasi per konsumen maksimal dua tabung, dengan menunjukkan KTP.
Roby menambahkan, operasi pasar kedua dilakukan di Kelurahan Tatura Utara, Palu pada Senin (28/08) bertempat di kantor Kelurahan Tatura Utara. Dalam operasi pasar kedua ini, Pertamina menyiapkan alokasi sebanyak 560 tabung. Namun lagi-lagi cuma sedikit yang diserap warga, hanya 370 tabung. “Ini menjadi pertanyaan, apakah berita kelangkaan di Palu hanya sebatas isu yang sengaja disebar pengecer untuk mengerek harga,” ujar Roby.
Saat ini kebutuhan elpiji di wilayah kota Palu dipenuhi oleh 7 agen dan 1.005 pangkalan yang bisa menjangkau 8 kecamatan dan 46 kelurahan. Penyaluran elpiji di Palu hingga Juli 2018 sejumlah 7.264 MT (Metrik Ton) atau 2.421.333 tabung. Adapun kuota yang ditetapkan pemerintah sampai Juli 2018 sejumlah 7.621 MT.
Data BPS Palu menyebutkan jumlah penduduk miskin di Palu sebanyak 26.240 jiwa. Dengan rata-rata penyaluran elpiji 3 Kg bagi masyarakat miskin di Palu per bulan sebanyak 345.904 tabung, maka seharusnya setiap penduduk miskin mendapat jatah 13 tabung elpiji per bulan.
“Pada operasi pasar di Kelurahan Tatura Utara, masih ditemukan penyalahgunaan elpiji 3 kg. Masih ada saja masyarakat mampu yang membeli elpiji 3 kg, dengan modus memarkir mobil mewah agak jauh dari lokasi operasi pasar. Kemudian menyuruh penumpang mobil untuk membeli elpiji 3 kg bersubsidi. Ketika dipergoki pekerja Pertamina, pemilik kendaraan mewah tersebut malah marah,” jelas Roby.
"Kami menghimbau kepada masyarakat mampu dan ASN yang masih menggunakan elpiji 3 kg bersubsidi, untuk beralih menggunakan elpiji non subsidi. Mari kita tumbuhkan rasa malu mengambil yang bukan menjadi hak kita. Jika kita termasuk golongan masyarakat mampu (berpenghasilan lebih dari 1,5 juta rupiah per bulan), maka gunakanlah elpiji non subsidi," imbuh Roby.
Terlebih elpiji non subsidi seperti Bright Gas memiliki keunggulan pengaman ganda sehingga lebih aman, dan dapat diantar langsung ke rumah.