KAMOJANG, 24 Juni 2021 – Energi geothermal tidak sekedar energi bersih dengan emisi karbon yang sangat rendah tapi juga memberikan manfaat yang lebih besar. Salah satu yang merasakan manfaat ini adalah pertanian kentang yang ada di sekitar wilayah Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang.
Kentang adalah budidaya utama pertanian di Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut. Di Dusun Kamojang terdapat penangkaran bibit kentang varietas G0 yang menggunakan cocopeat sebagai media tanam. Limbah cocopeat tidak dapat digunakan kembali untuk pembibitan kentang tanpa melalui proses sterilisasi. Proses sterilisasi yang biasa dilakukan petani adalah dengan mengukusnya secara konvensional.
Inovasi dilakukan oleh PGE tidak hanya pada bisnis intinya melainkan juga untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitar. Inovasi pemanfaatan uap geothermal untuk proses sterilisasi cocopeat terbukti sangat membantu petani menghemat biaya pembelian cocopeat baru ataupun bahan bakar konvensional untuk mengukus cocopeat dalam proses produksi bibit kentang. Alhasil, hasil panen bibit kentang G0 meningkat signifikan. Dari yang awalnya rata-rata hanya dapat menghasilkan 22 ribu sampai dengan 30 ribu knol bibit kentang dari 7 ribu stek tanaman menjadi 28 ribu sampai dengan 35 ribu knol bibit kentang dari jumlah stek tanaman yang sama setelah menggunakan uap geothermal dalam proses sterilisasi cocopeat.
Dampak positif pun berlanjut. Penggunaan uap geothermal untuk sterilisasi cocopeat mampu menurunkan timbunan limbah cocopeat yang terbuang sampai dengan 300 persen karena dapat digunakan kembali sampai dengan 4 kali. Dengan menggunakan uap geothermal, maka emisi karbon juga dapat diturunkan dari hasil penggunaan bahan bakar konvensional dalam proses sterilisasi cocopeat.
“Kami biasanya hanya tahu sterilisasi cocopeat dilakukan dengan mengukus secara tradisional. Seringkali kami harus membeli cocopeat baru. Uap geothermal dari PGE sangat membantu dalam sterilisasi cocopeat karena bisa digunakan lagi sampai empat kali. Itu sangat menghemat biaya produksi bibit kentang,” ungkap Zamzam Nurzaman, ketua LMDH Mustika Hutan binaan PGE Area Kamojang.
Tidak berhenti di situ. PGE juga turut mendampingi kelompok petani LMDH Mustika Hutan dalam melakukan pembibitan varietas baru kentang. Varietas baru tersebut dikembangkan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) di greenhouse yang difasilitasi oleh PGE, dan diberi nama varietas PAUS PERTATO, atau Pusat Antar Universitas Satu Pertamina Potato. Dengan mengembangkan varietas ini, petani tidak perlu lagi membeli bibit kentang dari tengkulak. Hal ini tentunya sangat membantu menekan biaya produksi bagi petani.
Program “Kentang Geothermal” ini merupakan salah satu inisiatif PGE dalam menjalankan bisnis dengan menerapkan aspek environment, social, dan governance (ESG). Upaya menekan limbah serta menurunkan emisi karbon dari aktivitas sterilisasi menggunakan alat konvensional sejalan aspek environment. Dan kontribusi terhadap hasil panen petani sejalan dengan aspek social serta tujuan kedelapan dari Sustainable Development Goals, yaitu mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua.
“Hadirnya energi geothermal menciptakan multiplier effect. Tidak saja menghasilkan energi bersih, tapi juga mendorong peningkatan ekonomi masyarakat lokal,” tutur Ahmad Yuniarto, Direktur Utama PGE.