Jakarta, 14 Agustus 2019 – Pertamina terus memastikan komitmennya dalam pengembangan energi ramah lingkungan (green energy) termasuk panas bumi di Indonesia. Melalui anak perusahaannya, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), Pertamina menargetkan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) mencapai 1.112 MW pada 2026.
Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Dharmawan H Samsu dan Direktur Utama PGE Ali Mundakir menjelaskan komitmen dan pengembangan terbaru panas bumi oleh Pertamina tersebut kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla saat mengunjungi booth pameran PGE usai membuka ajang Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2019 di Jakarta, Selasa (13/8/2019). Gelaran IIGCE Ke-7 ini berlangsung pada 13-15 Agustus 2019.
"Saat ini, Pertamina melalui PGE akan terus berkomitmen dalam pengembangan panas bumi dan menambah kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia dalam rangka pelaksanaan program energi mix pemerintah sesuai Kebijakan Energi Nasional," jelas Ali Mundakir kepada Wapres Kalla.
Menurut Ali, pada 9 Agustus 2019, PGE melakukan first synchronize PLTP Lumut Balai Unit 1 Sumsel dengan kapasitas 55 MW. "Kami menargetkan pada akhir Agustus ini Lumut Balai 1 bisa beroperasi komersial," tambahnya.
PGE kini mengelola 14 wilayah kerja panas bumi yang beberapa di antaranya dikelola dan dioperasikan sendiri serta lainnya melalui skema joint operation contract (JOC) dengan perusahaan lain.
Saat ini, PGE sudah mengoperasikan sendiri lima area panas bumi dengan total kapasitas terpasang 617 MW yang terdiri atas Kamojang 235 MW di Jawa Barat, Ulubelu 220 MW di Lampung, Lahendong 120 MW di Sulawesi Utara, Karaha 30 MW di Jawa Barat, dan Sibayak 12 MW di Sumatera Utara.
PGE juga sedang mengembangkan panas bumi di Proyek Hululais, Bengkulu; Proyek Sungai Penuh, Jambi; dan PLTP unit 2 di Proyek Lumut Balai, Sumsel, serta tiga inisiasi eksplorasi di Proyek Seulawah, Aceh; Proyek Gunung Lawu, Jawa Tengah; dan Proyek Bukit Daun, Bengkulu.
"Kami menargetkan pada 2026 total kapasitas terpasang PGE bisa meningkat menjadi 1.112 MW," jelas Ali Mundakir kepada Jusuf Kalla lagi.
Ali melanjutkan dengan pembangkitan listrik panas bumi oleh PGE sebesar 617 MW, maka berpotensi menurunkan emisi sebesar 3,2 juta ton CO2 per tahun dan penghematan cadangan devisa migas 29 MBOEPD.
Sementara itu, dalam pemaparannya di depan peserta IIGCE, Rabu (14/8/2019), Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu menyampaikan pengembangan panas bumi menjadi salah satu dasar aspirasi Pertamina dalam kerangka pengembangan green energy.
"Dengan kontribusi Pertamina dalam kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia sebesar 96%, yang 32% dikelola dan dilakukan sendiri Pertamina, serta 64% melalui skema JOC, maka panas bumi akan selalu menjadi salah satu fokus Pertamina dalam pengembangan green energy ke depannya," katanya.
Dharmawan melanjutkan Pertamina akan selalu melakukan terobosan-terobosan pengembangan panas bumi baik dalam bidang teknologi maupun manajemen proyek.
Sementara itu, dalam booth pameran, PGE berkolaborasi dengan PT Pertamina Drilling Service Indonesia (PDSI). PGE menjadikan ajang IIGCE ini untuk lebih memperkenalkan panas bumi kepada masyarakat, khususnya panas bumi yang dikelola PGE.
Selain itu, juga turut diperkenalkan berbagai teknologi dan keberhasilan PDSI dalam sejumlah pengeboran panas bumi. Salah satunya, PDSI berhasil mencatat rekor pengeboran sumur panas bumi terdalam yakni 3.203 meter di Proyek Hululais PGE, Lebong, Bengkulu.**