Bengkalis, 11 September 2019 – Pertamina mengucurkan dana Rp 3 Miliar untuk mencegah kebakaran lahan gambut dan kerusakan hutan mangrove di area seluas kurang lebih 3.600 hektar yang berada di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Dana tersebut dikucurkan dalam berbagai program CSR yang diinisasi Pertamina sejak 2016 hingga saat ini.
General Manager Refinery Unit II M. Dharmariza mengatakan, dana tersebut dikucurkan dalam 4 program unggulan Pertamina yakni Kampung Gambut Berdikari, Mitigasi Karhutla Berbasis Masyarakat Peduli Api, Pendidikan Kurikulum Sekolah Cinta Gambut dan Pelestarian Mangrove Terapan.
“Keempat program ini merupakan bentuk kepedulian Pertamina untuk turut serta mengatasi masalah kebakaran lahan gambut yang sering terjadi di Provinsi Riau serta menjaga pelestarian mangrove dan biota laut yang menjadi kekayaan kita bersama,” ujar Dharmariza.
Dalam menyukseskan program ini agar berkelanjutan, lanjut Dharmariza, Pertamina melibatkan berbagai elemen masyarakat, antara lain yang tergabung dalam Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Api, para tokoh masyarakat, kelompok petani, kelompok nelayan serta ribuan pelajar dari 25 sekolah di Kabupaten Bengkalis.
Menurut Dharmariza, keterlibatan aktif masyarakat menjadikan program ini cukup efektif mengurangi resiko kebakaran lahan gambut seluas kurang lebih 3.600 hektar, meningkatkan simpanan karbon sekitar 11 ribu ton per tahun serta meningkatkan cadangan air untuk pembasahan lahan gambut melalui sekat kanal dan embung air. Selain itu, telah meningkatkan kualitas ekosistem mangrove seluas 30 hektar dan mengurangi resiko abrasi pantai sepanjang 1 km.
“Kini, bahkan masyarakat sudah bisa memanfaatkan lahan gambut untuk menanam nanas atau berternak lele dan lain sebagainya, sehingga bisa menambah penghasilan untuk keluarga,” imbuh Dharmariza.
Dalam jangka panjang, Pertamina juga telah menginisiasi Pendidikan Kurikulum Sekolah Cinta Gambut untuk melahirkan generasi muda yang cinta dengan pelestarian lingkungan.
“Kecintaan terhadap alam perlu ditanamkan sejak dini melalui kurikulum di lembaga pendidikan yang sistematis sehingga nantinya akan melahirkan generasi pecinta lingkungan,” pungkas Dharmariza.**