JAKARTA – PT Pertamina (Persero) siap meningkatkan kemampuannya pada seluruh mata rantai bisnis gas secara terintegrasi sehingga diharapkan terjadinya perkuatan pasokan gas untuk domestik.
Sebagai perusahaan energi yang menguasai sumber gas dan terus mengembangkan infrastruktur gas pipa dan LNG, memungkinkan Pertamina untuk berperan sebagai aggregator gas nasional yang dapat menjangkau sumber pasokan dari di dalam dan luar negeri dan memasok di banyak destinasi demand di Indonesia.
Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina menyatakan bisnis gas Pertamina ke depan akan lebih dominan dibandingkan dengan kondisi saat ini. Menurut dia, untuk memastikan prospek bisnis tersebut dapat dioptimalkan hasilnya di masa mendatang, Pertamina dan anak-anak perusahaan di sektor gas saat ini agresif membangun infrastruktur gas alam di Tanah Air.
Dia mencontohkan, Pertamina yang merupakan pioneer bisnis LNG di dunia melalui LNG Plant Badak dan Arun kini tengah memproses rencana pembangunan beberapa fasilitas penerima LNG, baik di Jawa maupun Indonesia bagian Timur. Infrastruktur tersebut akan melengkapi infrastruktur penerima LNG yang sudah ada, yaitu FSRU Jawa Barat (dioperasikan oleh PT Nusantara Regas) dan Arun Regas (dioperasikan oleh PT Perta Arun Gas), di mana modifikasi LNG Plant menjadi LNG Regasification di Arun juga merupakan yang pertama di dunia.
Melalui PT Pertamina Gas (Pertagas), Pertamina sedang menyiapkan proyek pembangunan pipa transmisi gas di Pulau Jawa yakni ruas Pipa Semarang - Gresik dan Semarang-Cirebon yang apabila proyek itu tuntas Trans Java Pipeline akan terwujud. Selain di Pulau Jawa, Pertagas juga membangun jalur pipa gas dari Arun ke Kawasan Industri Medan (KIM) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Sumatra Utara.
"Perluasan jaringan infrastruktur gas ini sangat diperlukan, karena Pertamina bertekad untuk menjadi pilar utama dalam mewujudkan kemandirian energi nasional. Sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan gas baik untuk PLN dan industri, Pertamina harus dapat memenuhi kebutuhan gas nasional baik bersumber dari dalam maupun luar negeri," kata Dwi di sela-sela kesibukannya melakukan business meeting di ajang World Gas Conference 2015 di Paris.
Dari dalam negeri, Pertamina kini telah memproduksi gas sebanyak 1,63 miliar kaki kubik per hari dan telah mendapatkan alokasi gas dari dalam bentuk gas pipa seperti gas Jambaran-Tiung Biru dan Terang Sirasun Batur maupun dalam bentuk LNG domestik baik dari Bontang maupun Tangguh. Adapun, dari sumber luar negeri, Pertamina mendapatkan kepastikan pasokan impor LNG dari Cheniere Corpus Christi, Amerika Serikat sebanyak 1,5 juta ton mulai 2019 selama 20 tahun, juga dari Afrika sebanyak 1 juta ton per tahun, mulai 2020 untuk jangka waktu 20 tahun.
Direktur Energi Baru dan Terbarukan Pertamina Yenni Andayani mengatakan Pertamina akan memanfaatkan potensi permintaan gas nasional dengan memastikan ketersediaan pasokan gas untuk kebutuhan gas di dalam negeri yang terus meningkat setiap tahun. Yenni menegaskan kebutuhan gas di Indonesia dalam jangka panjang sangat besar, terutama untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik dan industri.
"Adanya proyek pembangkit listrik berkapasitas 35 ribu MW membutuhkan gas sebagai bahan bakar dalam jumlah besar, selain batubara, panas bumi, dan sumber energi primer lainnya. Pertumbuhan sektor industri seiring laju pertumbuhan ekonomi nasional, serta sektor rumah tangga dan transportasi juga menjadi faktor penting bagi peningkatan permintaan gas nasional," terang Yenni.
Dengan situasi tersebut, menurut Yenni sumber daya domestik tidak akan cukup untuk menyokong upaya pemenuhan kebutuhan tersebut sehingga diperlukan impor. Pertamina pun, katanya, saat ini sedang dalam proses negosiasi dengan beberapa produsen LNG besar dunia untuk memperkuat pasokan ke dalam negeri.
"Yang terpenting adalah bagaimana kebutuhan gas dalam negeri ini bisa terpenuhi dengan baik. Dengan penguasaan infrastruktur gas Pertamina yang terus berkembang, kami bisa pegang peranan penting karena Pertamina bisa menyerap pasokan dari multi sources, selanjutnya kami pun bisa pasok gas di banyak titik permintaan yang di sana infrastruktur kami telah tersedia."