RANTAU, ACEH TAMIANG - PT Pertamina EP Asset 1 Rantau Field, unit bisnis PT Pertamina EP yang merupakan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di bawah supervisi dan koordinasi SKK Migas, melepasliarkan sekitar 433 tukik tuntong laut (Batagur Borneoensis) ke alamnya di pesisir pantai Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh.
Selain itu, bekerja sama dengan pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya, Pertamina EP Rantau Field juga menanam 10 ribu batang bakau di areal habitat tuntong laut di area wisata mangrove yang dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pusung Kapal. Penanaman bakau dilakukan di pantai Ujung Tamiang, Desa Pusung Kapal, Kecamatan Seruway, Aceh Tamiang.
Pokdarwis Pusung Kapal merupakan binaan Pertamina EP Rantau Field bersama Yayasan Satucita Lestari Indonesia (YSLI), Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh.
Hari Widodo, Pertamina EP Asset 1 Rantau Field Manager, mengatakan pelepasliaran tukik tuntong laut dan penanaman batang bakau adalah salah satu rencana kerja tahunan terkait nota kesepahaman (MoU) Pertamina EP Rantau Field, Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, BKSDA, dan YSCLI. Kegiatan ini sejalan dengan pesan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, di Jakarta pada Senin (13/08), berupa Aksi Nasional “Menghadap Laut”, yakni bersih-bersih pantai di 73 titik perairan Indonesia secara serentak pada 19 Agustus 2018, seiring peringatan HUT ke– 73 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Menurut Hari, Pertamina EP Rantau Field ikut ambil andil dan peduli dalam kegiatan konservasi tuntong laut. Pelestarian spesies ini penting untuk dilakukan, agar salah satu kekayaan keanekaragaman hayati nasional dan daerah Aceh Tamiang ini masih dapat berperan menjaga keseimbangan ekosistem perairan hutan bakau dan dinikmati oleh generasi mendatang.
“Sampai dengan saat ini sudah kurang lebih 1.637 tukik tuntong laut sudah kami lepaskan ke habitatnya sejak 2009,” ujar Hari di sela kegiatan pelepasliaran tukik tuntong laut, bersih-bersih pantai, dan penanaman batang bakau.
Hadir dalam kegiatan tersebut, Wakil Bupati Aceh Tamiang H. T. Insyafuddin, ST. Kepala Staf Kodim Aceh Tamiang Mayor Inf. A. Yani, Wakapolres Aceh Tamiang Kompol. M. Nuzir serta beberapa pemangku kepentingan lainnya.
Hari menjelaskan, kepedulian Pertamina EP Rantau Field terhadap pelestarian lingkungan, tidak lepas dari upaya Field Rantau untuk terus dapat berkontribusi terhadap lingkungan sekitar dan pembangunan. Hal ini sejalan dengan capaian produksi Pertamina EP Field Rantau dalam bulan ini sudah menyentuh 3.100 bopd atau 107 % dari target produksi Field Rantau.
Komitmen Rantau Field terhadap community development juga dibuktikan dengan pencapaian PROPER (program penilaian peringkat kinerja perusahaan) KLHK berupa predikat emas selama tiga kali berturut-turut.
Sejak 2013, Pertamina EP Asset 1 Rantau Field, menjalin kerja sama dengan Yayasan Satucita Lestari Indonesia dalam konservasi tuntong laut. Tuntong laut adalah salah satu dari 331 spesies kura-kura air tawar dan darat yang hidup di dunia saat ini. Kura-kura ini merupakan salah satu dari 32 spesies (native dan non-native) kura-kura air tawar dan darat yang ada di Indonesia. pesies ini menurut catatan sejarah tersebar di Kalimantan bagian barat dan pantai timur Sumatra meliputi Aceh, Sumatera Utara, Riau dan Jambi.
Saat ini tuntong laut (Batagur borneoensis) memiliki status critically endangered menurut IUCN, terdaftar di Appendiks II plus zero quota for wild specimen to trade dalam konvensi CITES, memiliki prioritas Sangat Tinggi dalam Permenhut P.57/Menhut-II/2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008-2018.
Wakil Bupati Aceh Tamiang menyambut positif langkah YSLI dan Pertamina EP Rantau yang melakukan kegiatan konservasi alam. Dia berharap rencana menjadikan Pantai Ujung Tamiang menjadi objek wisata edukasi bisa terealisasi. "Mungkin perlu ada kajian intensif dari YSLI dan Pertamina EP Rantau agar wisata edukasi yang disiapkan tidak mengganggu habitat tuntong laut di muara ini yang jadi tempat bertelur Tuntong," katanya.
Yusriono, Ketua YSLI, mengatakan konservasi Tuntong laut memerlukan effort lebih karena habitatnya terbatas dan tiap sarang hanya bertelur 27 butir. "Tingkat hidupnya juga rendah. Setelah dewasa, tukik yang kami kembalikan. Ke habitatnya, yang hidup masih rendah. Sisanya dimakan oleh predator"katanya