JAKARTA, PT Pertamina (Persero) siap menjadi lokomotif bagi program Indonesia Incorporated yang akan memberikan dukungan bagi proses rekonstruksi sekaligus menciptakan peluang bagi perluasan usaha dan investasi BUMN Indonesia di Irak.
Irak merupakan Negara dengan cadangan minyak terbesar ke-4 di dunia dan secara agresif akan meningkatkan produksi minyaknya hingga 11 juta barel per hari pada tahun 2016 untuk mendukung proses rekonstruksi. Rekonstruksi Irak memerlukan investasi besar di sektor migas, kelistrikan, konstruksi, pertanian, telekomunikasi, kesehatan, water resource management, petrokimia, industri makanan dan obat-obatan.
"Dalam proses rekonstruksi ini, Irak memerlukan keterlibatan Negara sahabat, termasuk Indonesia yang telah memiliki latar belakang hubungan bilateral yang solid dan sangat kuat. Pertamina yang telah terlebih dahulu memiliki aset yang sangatpotensial dikembangkan di Irak, siap menjadi lokomotif bagi Indonesia Incorporated dalam rangka membantu percepatan proses rekonstruksi Irak sekaligus pengembangan usaha BUMN Indonesia di Negara tersebut," papar Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan.
Keterlibatan Indonesia akan diwujudkan dalam bentuk kerjasama Indonesia-Irak dan akan dipayungi dalam program Indonesia Incorporated yang akan memberikan dukungan dalam pembangunan pembangkitlistrik, jaringan pipa, perumahan, rumah sakit, sekolah-sekolah, dan pabrikpupuk. Program ini diinisiasi oleh BUMN dengan Pertamina sebagai lokomotif dan didukung oleh PT PLN (Persero), PT Wijaya Karya (Persero), PT Adhi Karya (Persero), dan PT Hutama Karya (Persero) sebagai sub kontraktor.
Di sisi lain, pemerintah Indonesia memerlukan dukungan pemerintah Irak agar dapat menfasilitasi Pertamina dalam mendapatkan hak pengembangan Lapangan Tuba dan reaktivasi Blok 3 Western Dessert. Dukungan tersebut akan diwujudkan melalui nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Irak yang ditandatangani hari ini.
Sebagaimana diketahui, Indonesia mengalami peningkatan demand crude oil maupun produk berbasis hydrocarbon. Pada 2015, Indonesia diperkirakan akan mengalami kekurangan produksi minyak bumi hingga 300.000 barel per hari sehingga ekspansi Perusahaan Minyak Nasional (NOC) di luar negeri, termasuk Irak yang kaya sumber daya migas, sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.