Melewati kuartal ke-2 tahun 2019, proyek Pengembangan Lapangan Gas Unitisasi Jambaran-Tiung Biru yang dikelola oleh PT Pertamina EP Cepu (PEPC) menunjukkan kinerja yang progresif dari aspek konstruksi, drilling maupun skema project financing. Direktur PEPC, Jamsaton Nababan mengatakan progres konstruksi Gas Processing Facilities (GPF) telah melampaui target progres di angka 25% atau lebih cepat 1% dari target 24%
di Q2 2019. “Percepatan progres konstruksi ini merupakan bentuk komitmen PEPC untuk selalu progresif dalam rangka mengoptimalkan produksi cadangan migas nasional,” jelas Direktur Utama PEPC, Jamsaton Nababan. “Saat ini pengerjaan proyek masih on schedule dan kami harapkan progress konstruksi GPF akan bertambah maju sesuai dengan S-Curve yang telah disepakati antara PEPC dengan konsorsium RJJ selaku pelaksana pekerjaan,” ungkap Jamsaton.
Lebih lanjut Jamsaton menyatakan bahwa percepatan konstruksi GPF merupakan bagian krusial dari manajemen proyek. GPF adalah fasilitas yang berfungsi memproduksi gas dari Lapangan Unitisasi Jambaran-Tiung Biru dengan produksi rata-rata raw gas sebesar 315 MMSCFD dan target gas onstream / komersil pada 2021 dengan sales gas sebesar 192 MMSCFD. GPF yang akan dibangun menggunakan teknologi dan dirancang guna mendapatkan kehandalan operasi dan ramah lingkungan untuk berproduksi selama 25 tahun.
Selain konstruksi, di tahun ini PEPC telah melakukan milestones dalam pengerjaan pengeboran. “Untuk mendukung target produksi onstream JTB di tahun 2021, PEPC akan melakukan pengeboran 6 buah sumur secara bertahap, diantaranya 4 sumur yang terletak di Wellpad Jambaran East dan 2 di Wellpad Jambaran Central. Tahapan drilling ditargetkan selesai di Q1 Tahun 2021 untuk mendukung target onstream GPF di Q2 Tahun 2021,” ujar Jamsaton Nababan, Direktur Utama PEPC. Saat ini, PEPC tengah melakukan kegiatan rig move yang akan dilanjutkan dengan inspeksi kelengkapan peralatan rig, dan memastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan untuk kesiapan pengeboran telah tersedia.
Selain itu PEPC telah menunjukkan performa dan komitmennya untuk mengawal kelancaran proses drilling proyek Jambaran-Tiung Biru. “Fokus kami adalah mengejar dan mempercepat key indicators dalam mengoptimalkan skedul pengeboran sebelum tajak sumur tahun ini,” jelas Jamsaton.
Dari aspek HSSE, PEPC memastikan seluruh operasionalnya dilaksanakan dengan prudent dan sesuai kaidah operational excellence, berwawasan lingkungan dengan menerapkan standar tinggi terhadap aspek Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL).
Per bulan Juni tahun 2019 ini, Total Recordable Injury Rate (TRIR) berada jauh di bawah toleransi, “0” , dan selama tahun 2019 telah tercapai 2,2 juta jam kerja aman untuk proyek JTB.
Tak hanya progres konstruksi dan drilling, dalam skema project financing PEPC telah berhasil menuntaskan Financial Close untuk pendanaan Proyek JTB yang melibatkan 8 international lenders dan 4 lenders nasional, dengan nilai pendanaan sebesar 1,85 milyar US Dollar. “Ini merupakan project financing pertama di lingkungan Anak Perusahaan Hulu Pertamina, dimana PEPC memiliki misi mengelola sektor hulu migas sekaligus meningkatkan keekonomian proyek dan memaksimalkan nilai bagi pemegang saham,” tandas Jamsaton. Hal tersebut mengukuhkan peran PEPC sebagai pengelola aset hulu Pertamina yang dikelola dengan standar kelas dunia dan cukup bankable di mata institusi keuangan insternasional.
Proyek Jambaran-Tiung Biru (JTB) yang dikelola oleh PEPC merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dan telah ditetapkan oleh Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP). Proyek dengan kapasitas produksi sales gas sebesar 192 MMSCFD tersebut nantinya akan dialirkan melalui Pipa transmisi Gresik-Semarang. Dengan cadangan gas JTB sebesar 2,5 triliun kaki kubik (TCF), JTB diharapkan dapat memberikan multiplier effect, khususnya untuk mengatasi defisit pasokan gas di Jawa Tengah dan Jawa Timur.