Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki keunikan yang berbeda dengan anak pada umumnya. Beberapa cirinya menonjol, tidak suka bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya bahkan dengan orangtuanya sendiri. Mereka juga lebih mudah marah dan merasa kesepian, depresi, dan berbeda dengan teman-temannya. Banyak orang tua kesulitan mendidik ABK, apalagi sekolah khusus ABK juga perlu biaya mahal. Sekolah Dreamable, menjadi solusi mewujudkan kemandirian ABK.
Wajah ceria anak-anak itu terlihat jelas ketika mereka melakukan kegiatan menanam sayur-sayuran di halaman sekolah. Tingkah lucu anak menyemai bibit tanaman sayur selintas tak berbeda dengan anak pra sekolah pada umumnya. Sesekali guru harus membetulkan cara menggunakan peralatan dan menanam benih terong, tomat, dan cabai yang benar kepada anak-anak yang tampak kebingungan.
Aba-aba, semangat dan apresiasi kepada setiap anak selalu diberikan oleh guru selama kegiatan berlangsung. Satu persatu nama anak terdengar disebutkan dan diberi pujian ketika mereka dapat menyelesaikan tugasnya. Itulah sekelumit gambaran cara belajar-mengajar bagi ABK di Sekolah Dreamable yang didukung Pertamina di Bojongsoang, Bandung, Jawa Barat.
Metode pendidikan bagi ABK memang memerlukan cara dan pendekatan yang khusus. Sang pendidik harus memiliki kesabaran yang ekstra, penuh kasih sayang serta dedikasi tanpa batas. Totalitas dalam mendidik juga menjadi salah satu kunci sukses mewujudkan ABK menjadi mandiri.
Menurut para ahli, ABK memang memiliki keunikan yang berbeda dengan anak pada umumnya. Beberapa cirinya, anak-anak dengan kondisi kebutuhan khusus memiliki kontak mata yang tidak fokus dan tidak nyaman jika harus memandang sesuatu dalam waktu lama.Mereka juga tidak suka bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya bahkan dengan orangtuanya sendiri.
Pada tingkat emosional, mereka lebih mudah marah dan merasa kesepian, depresi, dan berbeda dengan teman-temannya.Mereka juga mengalami kesulitan berkomunikasi, karena tumbuh kembang anak yang mengalami keterlambatan.Karena kondisi itulah mereka dinilai tidak mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Beragam kekhususan yang dimiliki ABK, menjadikan tidak semua orang tua bisa mendidik dan menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan umum. Tak jarang banyak sekolah dan lembaga pendidikan yang menolak calon peserta didik dari kalangan ABK. Beberapa lembaga pendidikan sudah ada yang membuka kelas khusus ABK, namun perlu biaya yang cukup besar.
Hal ini pula yang dirasakan Yulianti, seorang ibu tangguh warga Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang memiliki ABK. Ia harus mendidikan anak sulungnya yang ABK, dengan pendekatan tersendiri, penuh telaten dan kasih sayang. Berkat didikannya, anak sulungnya bisa mandiri.
Keberhasilan ini, memberikan inspirasi dan meyakinkan dirinya bahwa jika anaknya bisa berhasil mandiri, maka ABK lainnya tentu juga bisa Dari situ dia kemudian menemui Ketua Yayasan Hidayah dan mengajaknya untuk sama-sama mendirikan Sekolah ABK. Itulah cikal bakal Sekolah Dreamable.
Sekolah ini memanfaatkan sebuah rumah yang dijadikan tempat belajar mengajar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang berlokasi di Desa Tegal Luar, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Sebagian besar peserta didiknya merupakan ABK dari lingkungan keluarga dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah. Keterbatasan ini yang menyebabkan banyak orang tua enggan menyekolahkan anaknya ataupun mengantar anaknya ke sekolah.
Namun, Yulianti bersama sejumlah relawan tidak patah arang. Setiap hari ia menjemput anak-anak itu dan bahkan mengunjungi ke rumahnya untuk mengajar mereka. Dengan cara ini, tidak ada lagi hambatan untuk para orang tua di Bojongsoang untuk tidak bisa mengikutsertakan anaknya bersekolah.
“Saya membangun sekolah ini karena saya yakin bahwa jika anak saya bisa dan mau belajar dan pastinya anak-anak lain juga bisa. Dengan sekolah ini kita dapat mengembangkan potensi anak-anak dan memotivasi orang tuanya agar bisa mendukung anaknya untuk terus tumbuh dan berkembang,”ujar Yulianti.
Yulianti menepis mimpi buruk yang menghantui masa depan ABK. Dengan tekad kuat ia meyakinkan orang tua dari ABK di daerahnya untuk bangkit dan membangun kemandirian bagi putra putri mereka.
Semangat Yulianti semakin kuat untuk mengembangkan Sekolah Dreamable, bukan hanya karena melihat perkembangan dari anak-anak peserta didik, tetapi juga adanya dukungan dari Pertamina. Melalui Sekolah Dreamable, program Corporate Social Responsibility Pertamina Marketing Operation Region (MOR) III, Yulianti kini dapat mendidik 34 ABK.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan Sekolah Dreamable ini merupakan program Pertamina untuk turut serta dalam pengembangan pendidikan yang berkelanjutan bagi anak – anak berkebutuhan khusus di wilayah operasi perusahaan.
“Program ini diinisiasi sejak 2018, Pertamina berharap anak-anak berkebutuhan khusus mewujudkan mimpi indahnya di masa depan. Kebetulan sekolah ini masuk dalam ring 1 wilayah operasional Pertamina,” ungkapnya.
Yulianti mengaku, adanya bantuan dari Pertamina untuk menambah fasilitas pendidikan dan fasilitas kebutuhan lainya ini menjadi suntikan semangat bagi dia dan rekan-rekan seperjuangannya untuk sama-sama membangun kemandirian ABK.**