Memulihkan kepercayaan diri anak korban trauma entah akibat kekerasan orangtua, eksploitasi anak, atau tindak kekerasan seksual, membutuhkan pendekatan tersendiri. Terlebih korban yang mengalami trauma berkepanjangan. Melalui Sekolah Anak Percaya Diri, trauma anak-anak perlahan dipulihkan dan korban trauma pun kembali semangat mewujudkan mimpinya. Apa itu Sekolah Anak Percaya Diri? Bagaimana kisah terbentuknya sekolah informal ini?
Anak-anak korban trauma umumnya ditandai dengan perubahan perilaku yang cenderung pendiam, murung, tidak dapat bersosialisasi, etika dan empati yang kurang, hingga cenderung mempraktikkan kembali apa yang mereka lihat dan rasakan kepada lingkungan sekitarnya.
Memulihkan trauma tersebut, biasanya dilakukan dengan terapi khusus oleh psikiater. Tentu membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar. Tidak semua orang, memiliki kemampuan untuk berobat dan berkonsultasi ke psikiater. Akibatnya banyak korban trauma yang terus menderita dalam tekanan psikis, sehingga masa depannya pun menjadi tidak menentu.
Kondisi ini, salah satunya dirasakan masyarakat pesisir Makassar, Sulawesi Selatan. Anak-anak yang kurang beruntung secara psikologis maupun ekonomi, tak bisa berbuat banyak untuk kembali meraih masa depannya. Para orang tua pun tak punya kuasa untuk mengobati anak-anaknya. Kondisi ini pun diperparah dengan konflik internal rumah tangga seperti kekerasan terhadap pasangan, perselingkuhan, eksploitasi anak, sampai tindak kekerasan seksual terhadap anak.
Berangkat dari kondisi ini, seorang pejuang tangguh warga pesisir Makassar, Nuraeni berinisiatif dan tergerak hatinya mendirikan Sekolah Anak Percaya Diri, sebagai sarana bagi anak-anak untuk memulihkan kembali mental dan jiwanya dari trauma, sehingga nantinya dapat kembali beraktivitas dan meraih cita-cita seperti anak-anak lainnya.
Sekolah Anak Percaya Diri, didirikan tahun 2016 , berlokasi di Jl Barukang III Lorong 3 Makassar. Sekolah ini bertujuan mengembalikan rasa kepercayaan diri anak-anak melalui pembelajaran kebersihan diri dan lingkungan, membuat kerajinan, pengembangan bakat dan minat serta pendidikan akhlak. Harapannya, dengan keberadaan Sekolah Anak Percaya Diri ini, dapat memotong mata rantai tidak baik yang ditimbulkan dari kekerasan di keluarga atau lingkungannya, sehingga anak-anak bisa bersikap lebih baik, punya kepercayaan diri untuk bersosialisasi, dan bisa mengetahui bahwa mereka dilindungi.
"Kami mendirikan sekolah ini hanya bermodalkan uang yang kami sisihkan dari kegiatan usaha Kelompok Wanita Nelayan Fatimah Az-zahra. Cita-cita kami hanya satu, anak-anak ini terbebas dari pengalaman traumatik yang terjadi dalam kehidupannya, sehingga dapat kembali beraktivitas dan meraih cita-cita seperti anak-anak normal lainnya. Dengan bersekolah di sini, anak-anak diharapkan bisa bersikap lebih baik, punya kepercayaan diri untuk bersosialisasi, serta bisa mengetahui bahwa mereka itu dilindungi," ujar Nuraini.
Nuraeni menyadari, cita-citanya itu harus diupayakan secara maksimal dan membutuhkan banyak pengorbanan. Namun, ia yakini niat baik yang dijalankan dengan sungguh-sungguh pasti akan memetik hasil sesuai yang diharapkan.
Pada saat dibentuk tahun 2016, anak yang bergabung dalam sekolah tersebut kurang dari 10 anak dengan fasilitas terbatas dan masih bergantung pada perkembangan usaha miliknya. Nuraeni bahkan sampai harus mengumpulkan alat tulis dari pertemuan-pertemuan yang diikutinya, untuk menunjang kegatan belajar.
"Saat ini, walaupun masih menempati ruangan yang sama, tapi anak-anak binaan kami sudah mencapai 65 orang," ujarnya.
Status sekolah juga makin lengkap setelah pada 2 Januari 2017, Pengurus Sekolah Anak Percaya Diri disahkan melalui Surat Keputusan Lurah Pattingalloang, Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar.
Menurut Nuraeni, perkembangan menggembirakan tersebut tak lepas dari bantuan PT Pertamina (Persero), melalui Marketing Operation Region (MOR) VII. Pertamina memberikan bantuan uang tunai untuk keperluan operasional sekolah, sehingga proses belajar dan mengajar menjadi lancar.
"Pertamina telah beberapa kali memberikan bantuan kepada sekolah ini. Mulai dari perlengkapan belajar mengajar seperti papan tulis, peralatan peraga dalam pembelajaran, hingga mendatangkan volunteer dari luar negeri untuk dapat berbagi pengalaman dan ilmu kepada anak-anak," ujar Ketua Kelompok Wanita Nelayan Fatimah Az-zahra, yang juga menjadi binaan Pertamina ini.
Setelah mendapatkan bantuan dari Pertamina, kini Sekolah Anak Percaya Diri bisa berjalan lebih maksimal.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan sebagai perusahaan, Pertamina senantiasa peduli kepada pendidikan generasi penerus bangsa di seluruh Nusantara. "Salah satunya, dengan peduli pada perkembangan pendidikan anak-anak di Sekolah Anak Percaya Diri ini," katanya.
Nuraeni menambahkan sedini mungkin anak-anak dalam Sekolah Anak Percaya Diri ini dilatih berbagai macam keterampilan agar kelak mempunyai modal dasar yang bisa digunakan meningkatkan kapasitas dirinya.
Melalui sekolah ini, anak-anak korban trauma berangsur meraih kembali kepercayaan diri dan keceriaannya. Mereka mulai berani tampil menyampaikan pendapatnya, lebih santun dan percaya diri berada di muka umum.
Selain belajar, anak-anak korban trauma juga diajak berkumpul dan bermain bersama agar tetap masih bisa menikmati masa kecil mereka.
"Kami juga mengajarkan pentingnya lingkungan kepada mereka dan sebagai anak nelayan juga kami harap mereka tidak melakukan penangkapan ikan secara ilegal," pungkasnya.**