JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mendapatkan grant dari pemerintah Amerika Serikat melalui US Trade & Development Agencey (USTDA) senilai US$1 juta untuk pelaksanaan bankable feasibility study beberapa proyek di sektor hilir yang ditujukan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan impor.
Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan mengatakan dengan pertumbuhan konsumsi energi Indonesia dan potensi pasar produk petrokimia yang sangat tinggi, Pertamina melihat bahwa proyek-proyek infrastruktur energi sudah sangat mendesak untuk dilaksanakan, seperti centralized crude terminal, bottom upgrading 5 kilang utama Pertamina baik untuk peningkatan kapasitas produksi, peningkatan efisiensi energi, dan beberapa inisiatif strategis terkait dengan bisnis hilir Pertamina yang lain. Pertamina, tuturnya, perlu menyusun konsep bisnis dan studi engineering yang solid untuk dapat diimplementasikan secara terintegrasi dengan infrastruktur kilang yang sudah ada.
“Untuk itu, Bankable Feasibility Study (BFS) untuk Refinery Development Master Plan (RDMP) akan dilakukan dengan melibatkan UOP LLC yang merupakan licensor utama untuk kilang-kilang existing. Dokumen master plan akan berfungsi sebagai blueprint atau guideline untuk mencapai tujuan perusahaan menjadikan World Class Downstream Busines,” tutur Karen.
Untuk melaksanakan BFS tersebut, Pertamina mendapatkan grant senilai US$1 juta dari USTDA, yang merupakan bagian dari pendanaan BFS dan sebagian lainnya akan didanai oleh perusahaan.
Berdasarkan rencana pembangunan kilang Pertamina, total produksi BBM dari kilang nasional pada 2018 diharapkan mencapai 66,7 juta KL atau naik dari posisi saat ini 40,6 juta KL. Penambahan produksi tersebut akan berasal baik dari proyek bottom upgrading maupun dari pembangunan kilang baru.