PALEMBANG – Memasuki Bulan K3, Pertamina Marketing Operation Region II Sumbagsel kembali melakukan berbagai kegiatan untuk mengevaluasi kejadian yang terjadi di tahun 2018 dan memastikan kejadian itu tidak terjadi di kemudian hari. Dengan tema Bulan K3 Pertamina, Wujudkan HSSE Beyond Culture untuk Business Sustainibility, rangkaian kegiatan Bulan K3 di MOR II Sumbagsel dibuka oleh Pjs. General Manager MOR II Sumbagsel, Aji Anom, pada (15/1/2019).
Dalam kesempatan tersebut, Pjs. General Manager MOR II Sumbagsel, Aji Anom menegaskan, budaya HSSE adalah kunci tercapainya keberhasilan bisnis. “Aspek HSSE menjadi fokus dan prioritas utama seluruh insan Pertamina, menjadi pondasi untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia serta kunci mewujudkan kemandirian energi nasional. Zero Fatality harus bisa dicapai,” katanya.
Rangkaian kegiatan Bulan K3 di MOR II Sumbagsel dibuka dengan awareness bagi transportir dalam masalah keselamatan transportasi darat. Menurut Hendrix Eko Vebriono, HSSE Manager Region II Sumbagsel, transportasi darat yakni mobil tanki menjadi moda transportasi utama dalam bisnis Pertamina untuk mengirimkan energi bagi masyarakat, hingga ke pelosok negeri.
“Ada 11 Corporate Life Saving Rules di Pertamina sebagai bentuk implementasi budaya HSSE, saat ini ditambahkan satu (1) jadi 11 + 1, yakni safety driving. Berdasarkan pengalaman kami, kecelakaan lalu lintas bisa sangat merugikan, dan kami ingin memastikan insiden terkait laka lantas bisa terus diminimalisir, dan kami merangkul para transportir untuk mewujudkan hal tersebut,” kata Hendrix.
Materi penyegaran tentang keselamatan transportasi darat ini diisi oleh Berno Syamsul, HSSE PT Pertamina (Persero) di bidang safety Management. Menurut Berno, insiden terkait laka lantas mobil tanki mayoritas disebabkan oleh faktor manusia, baru disusul oleh faktor eksternal dan faktor teknis.
“Perilaku saat mengemudi, kelelahan, dan kompetensi pengemudi itu sendiri biasanya penyebab utama laka lantas mobil tanki. Karenanya, kita bersama-sama dengan transportir harus terus mengevaluasi dan melakukan penyegaran berkala memastikan budaya HSSE juga tertanam di masing-masing awak mobil tanki (AMT),” jelas Berno.
Selain itu, Berno juga terus mengingatkan perusahaan transportir untuk mengawasi baik AMT maupun kendaraannya. Pengawasan yang baik menurutnya akan meminimalisir insiden karena sifatnya dapat mencegah. “Jangan diawasi dan dievaluasi setelah terjadi insiden, tapi berkala,” tambahnya.
Salah satu transportir di wilayah Lampung, Ujang, juga mengikuti kegiatan awareness ini. Baginya, kegiatan seperti ini dapat mempererat budaya HSSE Pertamina dengan transportir sehingga akan tercipta sinergi yang makin baik.
“Selama ini Pertamina memang mewajibkan aturan K3 yang ketat, dan kami mengerti bahwa itu demi keselamatan bersama. Dengan kegiatan seperti ini, kami bisa melihat penyebab besar laka lantas, dan dengannya kami bisa evaluasi, membuat inovasi, dan bahu membahu untuk selalu mengingatkan pentingnya HSSE dalam bekerja,” pungkasnya.*MOR II