SURABAYA – Pertamina Marketing Operation Region (MOR) V Surabaya menggelar Major Emergency Drill Level I pada Selasa (4/11/2018). Kegiatan dilakukan dengan simulasi penanganan keadaan darurat gempa dan tsunami di wilayah Bali yang berdampak kepada area operasi Pertamina yang berada di lokasi terkait, diantaranya Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Manggis, TBBM Sanggaran, Depot LPG Manggis, dan Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Ngurah Rai.
Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR V Jatimbalinus Rustam Aji mengatakan bahwa tujuan dilaksanakan simulasi penanganan keadaan darurat tersebut adalah untuk melatih pemahaman tugas dan tanggung jawab dari masing-masing fungsi terhadap kondisi darurat yang dapat terjadi kapanpun dan dimanapun sebagai implementasi dari Pedoman Penanggulangan Keadaan Darurat Direktorat Pemasaran dan Health, Safety, Security, and Environment (HSSE). Selain itu, simulasi ini juga sebagai sarana upskilling tim penanggulangan keadaan darurat dan pekerja di lapangan.
Rustam juga menjelaskan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan hal yang harus ditanamkan setiap orang yang terlibat dalam kegiatan usaha minyak dan gas mengingat bisnis minyak dan gas termasuk ke dalam bisnis yang penuh dengan volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity serta beresiko tinggi baik investasi maupun operasional. Sehingga hal tersebut dapat tumbuh menjadi budaya.
Simulasi keadaan darurat diawali dengan aktivitas reguler pada hari kerja. Namun tidak lama kemudian gempa sebesar 6.5 skala Richter mengguncang daerah Bali dan sekitarnya yang membuat beberapa area operasi Pertamina di Bali mengalami kendala. Di antaranya adalah pipa yang patah mengakibatkan tumpahan Solar di dermaga, tumpahan Solar di salah satu tangki TBBM Manggis, Kebakaran LPG di Depot LPG Manggis, patahan pipa produk Premium di filling shed TBBM Sanggaran, serta pipa avtur yang bergeser di DPPU Ngurah Rai yang mengakibatkan tumpahan avtur dari jalur outlet pipa. Akibat dari gempa tersebut juga, sebanyak 3 orang mengalami cedera karena tertimpa material bangunan.
Merespon terhadap musibah yang terjadi, Pertamina mengerahkan personil terlatihnya untuk menghadapi keadaan darurat tersebut. Salah satu tindakan yang dilakukan adalah menanggulangi tumpahan minyak di perairan, daratan, serta melakukan pemadaman api yang terjadi di sekitar area lokasi kerja.
Namun, keadaan bertambah parah ketika dalam prosesnya tumpahan minyak semakin tersebar luas dan kebakaran yang semakin membesar dikarenakan gelombang laut yang cukup tinggi dan cuaca yang tidak mendukung.
Menanggulangi keadaan tersebut, Pertamina menambah truk pemadam kebakaran dari TBBM Tanjung Wangi serta berkoordinasi dengan TNI dan POLRI dalam penanggulanan masyarakat yang mencoba masuk ke lokasi untuk mengambil BBM dan material berharga lainnya disaat kejadian darurat berlangsung.
Gempa kedua datang dengan skala 7.5 skala Richter yang berpotensi Tsunami di daerah Bali dan sekitarnya. Menghadapi gempa kedua tersebut, Pertamina bergegas untuk berkoordinasi dengan BMKG serta TNI dan POLRI untuk mengevakuasi semua pekerja yang berada di lokasi sebagai bentuk antisipasi terhadap potensi Tsunami yang akan melanda daerah tersebut.
Tsunami yang terjadi lantas memporak-porandakan area operasi Pertamina, dalam keadaan tersebut Pertamina sigap mengatur pola alih suplai BBM dari TBBM lain yang berada di sekitar wilayah Bali untuk memenuhi stok BBM di Pulau Bali serta membuat pola alih suplai sementara LPG untuk memenuhi kebutuhan di Pulau Bali. Selain itu, Pertamina juga mengirimkan suplai berupa obat-obatan dan helicopter untuk mengevakuasi korban luka parah akibat dari bencana yang terjadi di lokasi terdampak.*MOR V