JAKARTA - Implementasi program Mandatori Biodiesel 20% atau yang bisa dikenal dengan istilah B20 untuk sektor industri dan trasportasi di Tanah Air menjadi perhatian dan perbincangan banyak pihak. Perdebatan soal B20 timbul lantaran masih minimnya pemahaman masyarakat terkait Bahan Bakar Nabati (BBN) tersebut.
Sebagai pemegang mandat pemerintah terkait B20, PT Pertamina (Persero) secara aktif mensosialisasikan tentang B20 kepada masyarakat luas. Satu diantranya seperti hadir dalam acara seminar Indonesia Mining Forum, dengan mengangkat tema Pemakaian B20 Di Industri Pertambangan: Masalah dan Solusi yang digelar oleh Majalah Tambang, di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Kamis (6/12/2018).
Pada kesempatan itu, dijelaskan secara lebih mendalam mulai dari kualitas hingga ketersediaan B20 untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri Indonesia. Hal ini diharapkan mampu menjawab kegelisahan masyarakat akan kualitas produk termasuk ketersediaan B20 untuk kedepannya dalam jangka panjang. Sebagai informasi, B20 merupakan proses pencampuran BBM jenis Solar dengan biodiesel sebanyak 20 persen.
Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Andriah Feby Misna menilai pentingnya pengembangan bioenergi lantaran memberikan banyak manfaat bagi Indonesia. Antara lain mampu mengurangi jumlah impor Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang jumlahnya kian meningkat.
Selain itu, pelaksanaan Mandatori B20 juga bermanfaat dari sisi kelestarian alam serta mampu meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi di Tanah Air. Oleh sebab itu ia mengaharakan dukungan dari seluruh pihak terhadap pelaksanaan mandatori B20.
"Tujuan utama dari mandatori biodiesel itu adalah bisa meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan dan mengurangi impor. Karena saat ini impor minyak kita itu sangat besar. Dengan mengurangi impor bisa menghemat devisa. Dari pemanfaat bioenergi kita juga bisa mengurangi emisi gas rumah kaca selain itu diharapkan juga bisa meningkatkan ketahaman dan kemandirian energi. Sehingga ketergantungan kita dari energi minyak bisa dikurangi. Dengan adanyanprogram manadatori ini kita kuga bisa membuka lapangan kerja," beber Feby, sapaan akrab Andriah Feby Misna.
Sementara itu, Manager Operation Supply Chain Pertamina, Gema Iriandus Pahalawan yang hadi pada kesempatan itu menyakinkan kepada seluruh masyarakat Indonesia khususnya para peserta yang hadir bahwa tidak perlu khawatir akan kualitas serta ketersediaan BBN B20 baik untuk kepentingan transportasi maupun industri.
Ia menambahkan bahwa Pertamina saat ini sudah siap dengan penyaluran bahan bakar B20 bagi seluruh konsumen. Hal ini tercermin dari kesiapan infrastruktur yang dimiliki pertamina dalam menerapkan B20. Seperti 96 persen atau sebanyak 108 Terminal BBM Pertamina sudah menyalurkan B20 untuk kebutuhan konsumen dalam negeri.
"Saat ini 96 Terminal BBM kami (Pertamina) sudah bisa blending B20 atau menyalurkan B20. Kami punya 112 depot atau tbbm, 108 tbbm ini sudah bisa memproduksi B20. Saat ini diseluruh TBBM kami sudah B20," terang Gema.
Untuk dapat mendukung penerapan Program Mandatori B20, Pertamina juga telah melakukan rekonfigurasi titik supply Fatty Acid Methyl Ester (FAME), yakni senyawa yang dibutuhkan dalam proses produksi B20, dari semula 69 titik supply menjadi 25 titik supply.
Masih menurut Gema, Pertamina juga telah melakukan beragam upaya lain yang selama ini dianggap menjadi kendala program mandatori B20. Mulai dari keterbatasan kapal pengangkut FAME, pasokan FAME hingga kendala infrastruktur lainnya. Perbaikan yang telah dilakukan antara lain Rekonfigurasi pola supply FAME dengan pola clustering di 25 titik penerimaan guna memaksimalkan penyerapan FAME, Menjadikan 1 supplier FAME PSO dan FAME NPSO dalam satu titik blending untuk mengoptomalkan pengiriman FAME dari supplier, menyertakan harga beli FAME PSO dan NPSO serta menyiapkan floting storage di perairan Balikpapan dan Tuban.
"Bapak dan Ibu tidak usah khawatir tidak ada solar. Tidak usah khawatir solar sampe putus. 1 Januari 2019 Pertamina akan menerapkan titik blending hanya di 25 titik ini. Ada 3 kilang dan 22 TBBM. Dari sini ada yang langsung bisa diambil oleh konsumen di sini ada juga yang dikirim ke TBBM yang lain dalam bentuk sudah B20,"pungkasnya.•STK