No OPEC? |
Qatar pekan lalu mengejutkan pelaku pasar. Setelah 57 tahun bergabung dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC), Qatar mengumumkan akan keluar dari mulai Januari 2019. Menteri Urusan Energi Qatar menyatakan bahwa Qatar akan fokus pada produksi gas. Data Wood Mackenzie menunjukan bahwa produksi minyak Qatar hanya sekitar 630 ribu barel per hari, dibandingkan produksi gas-nya mencapai 17,5 milyar kaki kubik per hari. Produksi gas tersebut menempatkan Qatar sebagai produsen gas ke empat terbesar setelah Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Iran.
Walau produksi minyak Qatar tidak signifikan dibanding total produksi total OPEC, namun diprediksi tetap akan berdampak pada OPEC. Beberapa analis industri, melihat melemahnya posisi OPEC. Selain dampak dari berkurangnya produksi dari Qatar, OPEC juga dihadapkan berkurangnnya produksi dari Venezuela dan juga Iran. Dalam hal kebijakan, Qatar selama ini dianggap sebagai pendukung kebijakan-kebijakan OPEC, terlepas kondisinya yang bersitegang dengan Arab Saudi. Keluarnya Qatar, dikhawatirkan akan mempengaruhi pengambilan kebijakan OPEC yang selalu didorong oleh Arab Saudi. Tantangan lain yang dihadapi OPEC adalah dari AS.
Presiden AS, melalui retorikanya, terus menekan OPEC untuk mengurangi produksinya, untuk menyeimbangkan harga minyak. Tekanan dari AS juga ditujukan kepada produsen minyak terbesar OPEC, khususnya kepada keluarga Kerajaan Arab Saudi, akibat kasus terbunuhnya jurnalis asal Arab Saudi. Terakhir, yang juga menjadi tantangan bagi OPEC, adalah rancangan Undang-undang Anti Kartel Penghasil dan Pengekspor Minyak (No Oil Producing and Exporting Cartels/NOPEC) yang diajukan kembali untuk dibahas oleh legislator AS. Undang-undang ini, bila disetujui, akan membuat OPEC tunduk pada Undang-undang Antitrust AS dan mengancam keberadaannya.
Terlepas dari tangangan yang dihadapi OPEC, nyatanya, harga minyak dunia saat ini dipengaruhi oleh tiga produsen besaryaitu Arab Saudi, Rusia, dan AS. Pada tahun 2017, produksi oil troika mencapai 36 juta barel per hari atau 39 persen dari total produksi global. Jumlah yang diatas produksi OPEC yang hanya 27 juta barel per hari. Dinamika industri migas menjadi lebih rumit, karena aspek geopolitik menjadi dominan dibandingkan dengan aspek produksi.
Apakah OPEC akan bubar?
Sumber : Investor Relations – Corporate Secretary
Untuk komentar, pertanyaan dan permintaan pengiriman artikel Market Update via
email ke pertamina_IR@pertamina.com