Anak Supir Angkot Menembus Olimpiade Sains

Olimpiade SainsJakarta – Singgih Wibowo (22 tahun), dengan percaya diri mempresentasikan science project dalam penjurian perdana seleksi Nasional Olimpiade Sains Pertamina – 2012, Senin (26/11). Mahasiswa semester 5, Universitas Diponegoro (UNDIP) ini membuat Material CNT:N-doped TiO2 dan Uji Sensitivitasnya untuk Aplikasi Dye Sensitized Sollar Cell (DSSC).


Proyek riset yang selama ini menjadi penelitian di Komunitas Nano Science Forum (Nasafor) tersebut mampu mengantar Singgih dan rekannya Muslimin (23 tahun) menjadi wakil Region IV (Jateng –DIY) melenggang ke Jakarta. Mereka menyisihkan 37 peserta lainnya, dalam kompetisi proyek sains yang tahun ini menjadi kategori baru dalam OSN Pertamina 2012.


Singgih, yang kini duduk di semester V Jurusan Fisika, berangkat ke Jakarta tanpa ditemani Muslimin, mahasiswa semester III Jurusan Kimia. Sikapnya yang tenang dan percaya diri saat presentasi, membuat para juri terkesima. Project tersebut tentang inovasi peningkatan efisiensi aplikasi Dye Sensitized Solar Cell (DSSC). Sebuah inovasi sel tenaga surya yang efisien dan ramah lingkungan.


“Kami menambahkan unsur Nitrogen (N) dan Tio2 (Titanium dioksida oksigen), agar material solar sel bisa bekerja di cahaya tampak,”paparnya. Menurutnya cahaya tampak yang terkandung dalam matahari bisa mencapai 45%, dibandingkan sinar ultra violet (UV) yang hanya 5%. Sehingga solar sel yang dihasilkan dalam projectnya akan lebih efektif dan efisien dibandingkan solar sel yang ada. “Energi yang teraktivasi dari solar sel di pasaran itu masih berupa sinar ultra violet (UV),”jelasnya.


Selain penambahan N, ada satu material lagi yang namanya CNTs (carbon nanotubes). Material CNTs berfungsi mengikat elektron. Sementara elektron yang dihasilkan oleh Tio2 tersebut disimpan di CNTs. ''Kalau tidak disimpan akan terjadi proses rekombinasi pada elektron. Proses rekombinasi ini yang tidak diharapkan pada DSSC,'' imbuhnya.


Lulusan SMA 4 Pekalongan ini, memilih project solar sel karena Indonesia merupakan negara tropis. “Sinar matahari bersinar cukup lama, berkisar 8 - 10 jam. Sementara harga solar sel di pasaran masih mahal, karena menggunakan bahan kepingan silikon yang masih diimpor,”jelas sulung dari empat bersaudara ini.Karena itu, solar sel yang jauh lebih efisien dan ramah lingkungan mutlak dikembangkan sebagai energi alternatif.


Kecintaan putra pasangan Sodikin Ali dan Turipah pada dunia sains sudah ditekuni sejak masih duduk di bangku SD. Meski sang ayah bekerja sebagai sopir angkot, tidak membuat Singgih patah arang. Ia justru terpacu untuk menggapai cita-citanya sebagai periset unggul, dengan terus berprestasi di akademik yang mengantarkannya mendapatkan beasiswa untuk biaya kuliah. “Latar belakang saya dari keluarga pas-pasan, tapi saya punya tekad besar untuk mewujudkan mimpi besar saya,”ujar pemuda yang ingin mengubah Indonesia dari konsumen menjadi produsen teknologi ini.


Kendati penelitian yang dilakukan masih dalam skala lab, tapi Singgih optimis kelak project-nya bisa diterapkan di masa datang. “Bisa maju ke seleksi nasional saya sangat bersyukur. Saya berharap bisa memberikan yang terbaik. Menang atau kalah itu perjuangan, tetapi saya akan terus melanjutkan project ini agar terwujud dan bisa diaplikasikan,”pungkasnya.

Share this post