MAMUJU - Jumat, 15 Januari 2021, dini hari, menjadi momen yang tak terlupakan bagi masyarakat Kabupaten Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat. Bagaimana tidak, disaat warga terlelap, gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,2 mengguncang tanah Mellete Diatonganan (Semboyan Sulawesi Barat) itu hingga meluluhlantahkan bangunan.
Situasi kota yang tenang, seketika berubah riuh suara tangisan para korban. Terlebih bagi mereka yang kehilangan keluarga, maupun sanak saudara.
Gempa yang berpusat di 2,98 LS, 118,94 BT atau 6 kilometer Timur Laut Majene, hingga Senin, 18 Januari 2021, tercatat sedikitnya 81 korban meninggal. Sebanyak 253 orang di antaranya mengalami luka berat, dan 679 orang lainnya luka ringan. Sementara 19.435 warga mengungsi ke tempat yang dirasa aman dari terjadinya bencana susulan. (www.tempo.co)
Banyak pihak berempati atas kejadian tersebut. Para relawan bahu membahu memberikan dukungan morel maupun materiel kepada para korban, baik secara langsung ke lokasi bencana maupun menggalang donasi untuk masyarakat terdampak.
Di antara banyak relawan yang bertugas menjalankan misi kemanusiaan itu, Aditya Anggara merupakan satu satu yang turun langsung ke wilayah bencana. Perwira Pertamina yang kesehariannya bertugas di wilayah Sulawesi itu mengaku segera bergegas menuju lokasi begitu mengetahui terjadi bencana gempa bumi yang mengguncang sebagian wilayah Sulawesi Barat.
“Lokasi pertama yang kami bantu adalah posko induk di Kabupaten Majene. Kami bantu logistik dan BBM untuk operasional tim posko tersebut,” ujarnya saat berada di lokasi kejadian.
Tak hanya Majene, Aditya bersama tim juga mendirikan posko logistik dan medis di wilayah Mamuju, yang berjarak sekitar 223 km atau 6 jam perjalanan darat.
Saat disinggung alasannya menjadi relawan Pertamina Peduli, pria berusia 25 tahun itu mengaku tergerak lantaran prihatin melihat kondisi warga yang membutuhkan uluran tangan. “Secara pribadi, saya excited karena ini merupakan pengalaman pertama saya sebagai relawan bencana,” kata Aditya.
Di sisi lain, dia juga tak menampik rasa khawatir jika terjadi bencana susulan, terlebih di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini. Namun ego tersebut ia kesampingkan. Baginya, menjadi Perwira Pertamina harus bisa memberikan manfaat yang lebih untuk seluruh rakyat Indonesia.
“Saya merasa senang bisa membantu teman-teman yang membutuhkan. Rencananya, kami menetap di Sulbar selama satu minggu, namun jika ada arahan untuk menetap lebih lama, kami siap,” tuturnya. STK/AP/HM