Kegigihan para guru dan sukarelawan akhirnya berbuah manis dengan bantuan dan dukungan dari Komando Rayon Militer (Koramil) Sebatik Tengah dan Camat Sebatik Tengah. Dengan kartu jaminan khusus, para siswa harapan bangsa tersebut dapat melintas dengan bebas di perbatasan untuk menuntut ilmu. Para orang tua pun mulai memberikan kepercayaan.
Pada awal didirikan, sekolah ini masih dikelola dengan fasilitas yang terbatas. Menempati kolong rumah warga, ruang kelas hanya terdiri dari 2 kelas dan dipisahkan oleh selembar triplek. Anak-anak tidak menggunakan kursi untuk belajar dan hanya dibantu oleh deretan bangku sederhana dari triplek untuk lesehan saat kegiatan belajar mengajar. Sekolah ini memang beroperasi dari hasil swadaya masyarakat. Para siswa pun tidak dipungut biaya.
Walau dalam kondisi keterbatasan dengan seragam sekolah sekadarnya, anak-anak pekerja Indonesia di perkebunan sawit Malaysia tersebut antusias mengikuti pelajaran di Sekolah Kolong.* RINA