MINAHASA UTARA – Program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) Pertamina tidak hanya sebatas bantuan kepedulian sosial kepada masyarakat, lebih dari itu sebagai wujud pelestarian alam, Pertamina memiliki program konservasi keanekaragaman hayati (Kehati).
Selama ini, Sulawesi terkenal dengan anoa, babirusa, kuskus atau musang Sulawesi, tapi belum banyak yang tahu bahwa Yaki (Macaca nigra) merupakan primata endemik yang ada di Sulawesi Utara.
Pertamina bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara dan Yayasan Masarang memiliki kegiatan konservasi di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki, Minahasa Utara, Sulawesi Utara untuk pemeliharaan Yaki dari hasil sitaan masyarakat dan perdagangan satwa liar.
Upaya memperkenalkan program tersebut kepada masyarakat, Pertamina mengajak 16 media di Sulawesi Utara untuk berkeliling dan mengenal lebih dalam mengenai konservasi di PSS Tasikoki, khususnya monyet Yaki, pada Selasa, 24 November 2020.
Dalam kesempatan tersebut turut hadir VP CSR & SMEPP PT Pertamina (Persero) Arya Dwi Paramita dan Sales Area Manager Sulawesi Utara & Gorontalo Pertamina Fachrizal Imaduddin.
Ketua Yayasan Masarang Hasudungan Pakpahan menjelaskan, setiap satwa yang berada di konservasi itu akan melewati beberapa fase, seperti karantina untuk cek kesehatan terlebih dahulu, isolasi bersama dengan hewan sejenis, lalu disiapkan kandang sosialisasi yang bertujuan melihat pola perilaku mereka apabila berada di alam liar.
“Sebelum dilepasliarkan, kami sangat mempertimbangkan banyak aspek, seperti pola perilaku satwanya, letak geografis lokasi pelepasliarannya, serta keamanannya bagi penduduk sekitar,” kata Hasudungan.
Dia pun mengungkapkan, kerja sama yang terjalin selama ini cukup baik. Pertamina bersama Yayasan Masarang pun memberikan edukasi kepada masyarakat melalui program Tasikoki Conservation Camp dan Pendidikan Konservasi, serta sosialisasi ke sekolah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam melindungi satwa langka.
Sementara itu, Arya mengatakan, program konservasi Yaki tersebut sudah berjalan sejak tahun 2017. Yaki merupakan satwa endemik yang terancam punah karena kerusakan hutan, maraknya perburuan, dan perdagangan satwa liar untuk dikonsumsi dan dipelihara.
"Demi melestarikan satwa Indonesia, bentuk dukungan yang diberikan Pertamina di antaranya pembibitan pohon untuk pakan alami Yaki, pemeriksaan medis kepada penjaga/perawat hewan, hal itu untuk meminimalisir resiko zoonosis, serta pembuatan kandang habituasi untuk pelepasliaran Yaki di Gunung Ambang," ujar Arya.
Tak hanya di Sulawesi Utara, Arya mengatakan bahwa terdapat 55 program Konservasi Kehati di wilayah operasi Pertamina di Indonesia, baik itu program konservasi flora maupun fauna.
"Diharapkan melalui program konservasi dapat membantu memulihkan populasi Yaki di alam liar, serta mengedukasi masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian satwa, sehingga dapat memitigasi konflik antara manusia dan Yaki. Karena apabila satwa ini lestari lingkungan pun turut lestari," ujarnya. *MOR VII/HM