Lele Asap Binaan CSR PDSI Rantau Menampakkan Hasil

7-PDSI-lele AsapJAKARTA -  Tidak kurang dari 50 orang sekitar kan­­tor PDSI di Rantau, Aceh Tamiang yang telah meng­ikuti program Pelatihan Kewirausahaan di Rantau, Aceh Tamiang sejak bulan Maret lalu kini merasakan man­faatnya. Program di­awali dengan perubahan mental dari pekerja menjadi wirausaha, mengingat beberapa orang di antara penerima manfaat adalah mantan outsourcing PDSI.

 

Menurut Corporate Secretary PDSI Arif Widodo, switch mental dilakukan mengawali program pelatihan kewirausahaan dimaksudkan sebagai jem­batan mengenalkan se­kaligus menyiapkan peru­bahan lingkungan yang ber­beda selama mereka aktif sebagai pekerja dan kini di­harapkan siap menjadi wira­usaha yang mandiri.

 

Aceh Tamiang memiliki peluang usaha lele asap cukup potensial. Ke­ter­sediaan bahan baku tidak sulit didapat karena dapat memanfaatkan perolehan dari hasil budidaya kelompok CSR PDSI tahun-tahun se­belumnya. Kelompok bu­didaya lele yang dibina PDSI sebelumnya dapat menjadi penyangga kebutuhan bahan baku.

 

Salah satu inovasi da­ri pengolahan hasil budi­daya lele ini adalah dengan lele asap. Selama ini tak banyak masyarakat yang memanfaatkan lele sebagai produk ikan asap. Meski produksi berlimpah, ke­ba­nyakan orang memilih me­nyajikannya sebagai sajian goreng biasa bersama sam­bal (pecel lele). Padahal ada hal menarik yang secara ekonomis cukup menjanjikan. Ikan lele pada usia tertentu kurang lagi sedap untuk di­olah sebagai hidangan goreng biasa, namun apabila dioleh seperti bentuk abon, dan juga asap akan sangat menguntungkan.

 

Salah seorang peserta pe­latihan, Abdi Sumantri alias Jong (35) mengatakan, program yang dijalankan ini bagus sekali untuk membekali peserta berwiraswasta, dan membuat percaya diri. Me­nurutnya, pengolahan lele asap ini sangat menarik ka­rena harga bahan baku berupa lele hidup yang diper­oleh Rp. 15.000 perkilo da­pat diolah menjadi lele asap dengan harga Rp. 100.000 per kilogram.

 

Dalam pelatihan ini juga diajarkan mengenai packaging, branding dan mar­keting sehingga hasil olahan diharapkan dapat di­serap ke pasar bebas.  Ter­­­bukti kini hasil olahan ter­se­but telah masuk ke kota Binjai dan Medan (berjarak + 250 km).•PDSI

Share this post