Mengembalikan Sorgum Sebagai Tanaman Pangan

Atambua - Semangat Maria Loretha mengembangkan tanaman sorgum di kampung halamannya kian menggebu. Warga yang tinggal di Pulau Adonara, Flores Timur ini  mengumpulkan berbagai jenis sorgum lokal, untuk mengangkat pamor tanaman pangan lokal di kawasan timur Indonesia yang sempat menghilang.

 

Sorgum adalah tanaman biji-bijian sejenis gandum, yang bisa dimanfaatkan untuk sumber pangan terpenting urutan ke-4, setelah gandum, padi dan jagung. Tanaman sejenis gandum ini cocok ditanam di lahan kering seperti di kawasan Nusa Tenggara Timur (NTT).

 

Kehadiran Pertamina melalui program Mitra Pertamina Penggerak Pembangunan Desa (MP3D) menjadi peluang bagi Maria untuk menggerakan warga NTT mengembangkan potensi masyarakat setempat. “Saya ingin ‘cap’ kawasan NTT sebagai daerah rawan pangan bisa hilang. NTT ini memiliki kekayaan yang luar biasa,”tutur perempuan yang banyak mengumpulkan referensi terkait budidaya dan pengolahan sorgum itu.

 

Menurutnya rawan pangan yang mendera kawasan NTT karena pengembangan tanaman pangan yang tidak sesuai dengan kondisi lahan, musim dan kultur setempat. Maria pun mencontohkan budidaya beras yang membutuhkan banyak air, “Jika beras dijadikan komoditi utama pangan, jelaslah panennya tak maksimal. Kebutuhan pangan tidak akan terpenuhi. Padahal daerah kami masih bisa dikembangkan untuk tanamanan umbi-umbian dan sorgum.”jelasnya.

 

Maria dengan lancar  menjelaskan berbagai kelebihan gizi yang terdapat dalam sorgum. “Selain tinggi kandungan gizi, sorgum kaya manfaat untuk diolah menjadi berbagai jenis makanan,”ujarnya berapi-api. Ia pun sangat mendukung upaya mengembalikan tanaman shorgum sebagai bahan pangan masyarakat NTT.

 

Maria pun mengenang masa kecil yang terbiasa sarapan bubur sorgum. Menurutnya hilangnya sorgum setelah program swasembada beras digulirkan. “Meski swasembada beras telah mengangkat bangsa ini, namun program tersebut membuat sorgum hilang. Dan NTT yang kurang tepat untuk tanaman padipun terseret sebagai daerah rawan pangan,”kenangnya. Toh itu tak membuat semangat Maria pudar.

 

Pada Januari 2013, gerakan BUMN Peduli dimana di dalamnya Pertamina terlibat mulai menggulirkan penanaman sorgum di lahan seluas 200 hektar di desa Nekasa, Kecamatan Tasefato Barat, Atambua, Kabupaten Belu. Tujuannya sebagai ketahanan pangan sekaligus pengembangan energi alternatif.

 

Panen raya sorgum akhir Agustus lalu, setidaknya menggugah semangat Maria sorgum di tanah kelahirannya. Panen raya yang dihadiri Menteri BUMN Dahlan Iskan, Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan dan Direktur Akses Fahmi Idris itu menjadi awal bangkitnya ketahana pangan di Atambua. “Jadi 200 hektar ini bisa mencukupi 1.000 lebih kebutuhan pangan rumah tangga di Atambua, orang Atambua tidak perlu lagi konsumsi nasi karena padi sulit tumbuh di Atambua, begitu juga jagung, sementara sor­gum  dapat tumbuh subur,” ujar Dahlan di sela-sela  panen.

Share this post