Menyulap Lahan Kritis Jadi Taman Kupu-kupu

Taman _Kupu 2_lampungLAMPUNG - Rumah pang­gung kayu beridri di atas lahan asri, dikelilingi sekitar 200 jenis tanaman, di kawasan Gunung Betung, Lampung. Dr. Herawati Soekardi - sang pemilik rumah - menyambut kami dengan ramah. Setiap akhir pekan, istri Ir. Anshori Djausal,  ini bersama keluarga berkumpul di rumah panggung yang berada di areal Taman Kupu-kupu Gita Persada. Rumah panggung yang dijadikan sebagai tempat menerima para tamu dari anak PAUD hingga peneliti yang tertarik dengan pelestarian kupu-kupu.

 

Kecintaan perempuan kelahiran Palembang, 14 Agustur 1951 ini pada kupu-kupu telah menyelamatkan lahan hutan Gunung Betung yang kritis. Gunung Betung adalah bagian dari kawasan hutan konservasi yang berda di wilayah Bandar Lampung dan Lampung Selatan. Pada awal reformasi hutan sempat gundul, dan berubah menjadi lahan singkong.

 

Kegelisahan dosen Unila ini dijawab dengan membangun taman konservasi kupu-kupu bermodal cinta. “Saya bersama suami membangun taman penangkaran kupu-kupu dengan membebaskan tanah pemerintah yang sudah ‘dikapling’ warga seluas 4 ha”.  Taman Kupu-Kupu Gita Persada dijadikan Herawati sebagai model penangkaran dan konservasi kupu-kupu khas Sumatera.

 

Menangkarkan kupu-kupu bukan dilakukan dengan membawa kupu-kupu ke lahan tersebut. Melainkan menanami lahan kritis, dengan berbagai jenis tanaman inang bagi larva, atau ulat yang akan menjadi kupu-kupu. “Ulat hanya memakan tanaman khusus yang menjadi inangnya, sehingga kunci sikluas konservasi kupu-kupu diawali dari tanaman inang dan larva atau ulatnya,”jelas Herawati.

 

Dari hanya 7 jenis tanaman dan kupu-kupu, kini Taman Kupu-kupu Gita persada telah memiliki lebih dari 170 jenis kupu-kupu Sumatera berikut tanaman inangnya. Atau sekitar 10 % dari total jenis kuku-kupu Sumatra yang mencapai 1.500.

 

Herawati juga mengajak masyarakat setempat membudidayakan tanaman inang ulat, sebagai kegiatan tambahan dan tak lagi membabat hutan. Melihat semangat Herawati, Pertamina Marketing Operation Region II membantu melalui kegiatan penanaman 12 ribu tanaman inang larva. “Pertamina menerima konsep kami, karena menanam pohon itu tidak sekadar diartikan menghijaukan hutan saja. Tetapi juga memikirkan kelangsungan rantai makanan yang otomatis menjadikan hutan sebagai tempat konservasi keanekaragaman hayati,” papar  Herawati panjang lebar.

 

“Ini adalah bentuk simbiosis mutualisme dari inisiatif masyarakat dengan korporasi dalam berkontribusi kepada masyarakat lebih luas, terutama dalam menjaga kelestarian kenakaragaman hayati,”sambut External Relations MOR II Alicia Irzanova.                   

 

Kehadiran Taman Kupu-kupu Gita Persada tidak sekadar menghijaukan kembali lahan Gunung betung, tetapi juga telah menyediakan laboratorium alam bagi dunia pendidikan. •DSU

Share this post