Nglanggeran: Dari Marginal Menjadi Optimal

7- MOR 4 NgelanggeranGUNUNG KIDUL  – Ka­wasan Nglanggeran awal­nya merupakan lahan mar­ginal yang sulit untuk di­kembangkan dikarenakan kondisinya yang lumayan gersang dan jauh dari sum­ber air aktif. Berkat upaya dari pemerintah daerah se­tem­pat dan didukung oleh ber­bagai perusahaan, ter­ma­suk Pertamina, pada tahun 2011 kawasan ini mulai di­transformasikan men­jadi kawasan yang lebih pro­duktif melalui pembuatan embung sejenis sumber air buatan yang berbentuk seperti kolam. Langkah tersebut diambil sejalan de­ngan berkem­bangnya kon­sep wisata alam yang semakin digandrungi sejak awal 2010-an.

 

Pengembangan kawasan ini kemudian ditunjang de­ngan dukungan berupa up­skilling kepada kelompok tani seputar manajemen pertanian dan sistem ber­cocok tanam yang lebih mo­dern. Sejak tahun 2013, Per­tamina bekerja sama dengan Yayasan Obor Tani sebagai pendamping me­la­kukan serangkaian tinjauan dengan meng­gandeng kelom­pok tani se­tem­pat untuk mulai mengem­­bangkan kawasan yang terletak di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul. Prog­ram kemitraan telah terjalin hingga kini dan mulai dapat dirasakan man­faatnya pada panen perdana kebun kelengkeng di kawasan Nglanggeran, pada (25/2).

 

Ditemui pada panen per­­­dana tersebut, Manager Small Medium Enterprises Par­t­­­­ner­­ship Program (SME­PP) Operation Perta­mina Agus Mashud S. Asngari me­­nya­takan, sejak men­­jalin kerja sama dengan Yayasan Obor Tani, Pertamina telah melakukan serangkaian tin­jauan, upskilling dan pen­dampingan bagi para petani untuk lebih membuka wawa­san mengenai pola cocok tanam dan manajemen per­ta­nian yang lebih modern. Selain itu, Pertamina sejak 2013 telah membantu kelan­caran kegiatan kelompok tani dengan memberikan 2.800 bibit pohon durian dan 300 pohon kelengkeng.

 

“Dukungan fisik tentu­nya dibutuhkan oleh para petani, namun yang tidak kalah penting adalah pen­dampingan dan capacity building yang dapat mem­berikan nilai tambah bagi ke­giatan bercocok tanam warga sekitar,” tambah Agus.

 

Agus men­­­­­­­­je­­­las­kan, pe­milihan Nglang­geran sebagai lokasi prog­­ram Coprorate Social Respon­sibility (CSR) Perta­mina dikarenakan ka­rak­teris­tiknya sebagai daerah marginal namun kaya akan potensi. Selain Nglanggeran, Pertamina juga melakukan pro­­gram se­rupa di delapan titik lain, di antaranya Boyolali, Rembang dan Karanganyar.

 

Ketua Kelompok Tani Kencono Mukti Sudiyono menyatakan, program yang diusung Pertamina telah mem­berikan multiplier effect bagi Nglanggeran. Selain dijadikan lokasi perkebunan, dengan adanya embung, kawasan ini menjadi salah satu obyek wisata unggulan di daerah Gunung Kidul. “Warga dapat mem­bangun warung dan men­­­dapatkan pendapatan dari tiket masuk ke dalam ka­­­wasan,” terang Sudiyono.

 

 Terkait dengan kegiatan panen kelengkeng, bersama 85 anggota kelompoknya, ia meyakini dengan sistem ber­cocok tanam yang lebih mo­dern serta ditunjang dengan pemberian nutrisi yang dapat meningkatkan kualitas produk, hasil panen klengkeng jenis Itoh ini tidak kalah dari produk yang ada di pasar modern.

 

Sebagai bagian upaya dari pemerataan program, ke depannya program serupa akan diterapkan di wilayah luar Jawa. Pengem­­bangan budidaya ini diharap­kan mampu mening­katkan keter­sediaan buah lokal yang selama ini dido­mi­nasi buah impor dan meng­optimalkan kawasan di Indonesia yang kaya akan potensi.•MOR IV

Share this post