Pengabdian Inspiratif di Tanah Papua

PF_Guru _PapuaJAKARTA – Setelah sukses menjalankan misi mengajar di Provinsi Papua, sebanyak 12 Relawan Guru Sobat Bumi (RGSB) akhirnya kembali ke Jakarta dengan membawa sejuta pengalaman menarik. Menurut Direktur Eksekutif Pertamina Foundation, Nina Nurlina Pramono, Pertamina Foundation memiliki tanggung jawab atas amanat yang di­berikan pemerintah terutama di bidang pendidikan dan ling­kungan.

 

“Kita juga ingin mem­berikan inspirasi. Karena de­ngan apa yang kita la­ku­kan, diharapkan bisa menjadi gerakan nasional terutama untuk memperbaiki bangsa,” jelas Nina, saat ditemui di Gedung Pertamina Foundation, Selasa (24/6).

 

Beragam pengalaman menarik selama sembilan bulan mengajar di tanah Papua rencananya akan dituangkan dalam sebuah novel sebagai bacaan ins­piratif. “Insya Allah akan kita bukukan sebagai bagian dari perjuangan sobat bumi di In­donesia Timur,” ungkapnya.

 

Menurut Direktur Pen­didikan Pertamina Foundation, Ahmad Rizali, pendidikan di wilayah Indonesia Timur sangat jauh tertinggal. “Jika secara formal dibandingkan pendidikan di tanah Jawa, Bali, bahkan dengan NTT dan Ambon saja masih jauh tertinggal,” ujarnya.

 

Ahmad menegaskan, pendidikan tidak akan ber­jalan tanpa guru. Kondisi itulah yang tengah terjadi di Papua. Sejumlah guru yang pernah mengajar di­sana, ungkap Ahmad, diha­dapkan oleh pengalaman dan pembelajaran yang be­rat. Pasalnya, kondisi geo­grafisnya terpencil. Tak hanya itu, tunjangan yang masih kecil membuat para guru yang mengajar disana banyak yang tidak bertahan lama. “Kebanyakan mereka hanya mampu bertahan selama satu sampai dua bulan saja,” paparnya.

 

Sementara itu, Direktur Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Me­nengah, Harris Iskandar, meng­aku bangga dan meng­apresiasi program yang dilakukan Pertamina Foundation. Karena itu, pihaknya selalu berupaya un­tuk mendorong program bea­siswa dan program menga­jar lainnya demi kepentingan bangsa. “Permasalahannya daerah Terluar, Terjauh, Terpencil (3T) di Indonesia masih banyak. Dari 505 Kabupaten di Indonesia, sebanyak 183 kabupaten kota masih tertinggal,” terangnya.

 

Dengan menempatkan para relawan di daerah pelosok Indonesia, menurut Harris, akan membangun mental yang kuat dan menumbuhkan tingkat profesionalisme bagi calon pendidik atau pengajar. Karena itu, pemerataan pen­didikan sangat penting dibandingkan pertumbuhan. Sebab menurutnya kesen­jangan pendidikan akan berujung pada kesenjangan ekonomi.

 

“Disinilah perlu sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Ini menjadi kun­ci dari pembangunan ekonomi. Apalagi selama era reformasi ini, pendidikan menjadi sebuah prioritas pem­bangunan di seluruh pe­losok Indonesia,” ujarnya.•EGHA

Share this post