PAREPARE - Naomi Sampeangin namanya, perempuan lansia kelahiran Mamasa, 70 tahun silam ini mengaku sudah 40 tahun mendarmakan hidupnya kepada masyarakat dengan melayani warga negara yang termarjinalkan dan dihindari yakni Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Baginya, ini merupakan panggilan jiwa. Ia segera bergerak cepat apabila melihat ODGJ terlantar dan tidak mendapat perlakuan semestinya.
Mengawali kiprah sebagai Kader Posyandu di Kelurahan Ujunglare, Kecamatan Soreang Parepare ia sudah terbiasa melayani warga yang memerlukan pertolongan bahkan hingga malam hari. Sampai kemudian ia melihat bahwa di sekitar tempatnya tinggalnya banyak orang yang terkena gangguan kejiwaan.
Apalagi Kota Parepare yang menjadi jalur hilir mudik masyarakat ke daerah lain seperti Kalimantan dan Malaysia, orang datang masuk silih berganti yang terkadang membawa permasalahan sosial salah satunya gangguan kejiwaan bagi sebagian orang.
Ditambah lagi bahwa di Sulawesi Selatan hanya terdapat 1 (satu) Rumah Sakit Jiwa yang daya tampungnya pun sangat terbatas. Tak ayal banyak calon pasien yang mengurungkan niat untuk berobat ke rumah sakit tersebut. Mereka berakhir dengan berkeliaran di jalan dan tempat umum lainnya, dipasung di rumah agar tidak membahayakan diri maupun masyarakat, dan mendapatkan perlakuan yang kurang baik oleh masyarakat seperti perkosaan dan kekerasan lainnya.
Naomi akhirnya bertemu dengan beberapa orang disekitar yang peduli dan Pertamina Fuel Terminal Parepare, hingga akhirnya menginisasi Yayasan Cahaya Pelita Sehati yang memberikan pendampingan dan rumah singgah terhadap ODGJ sejak tahun 2018. Jumlah ODGJ yang dilayani terus datang dan pergi bergantian apabila sudah sembuh dan membaik dikembalikan kepada keluarganya.
“Mereka juga manusia dan warga negara. Tidak sepantasnya mereka ditelantarkan,” kata Naomi ketika ditanya alasannya merawat ODGJ," ujarnya.
Saat ini ia bersama kelompoknya mendampingi 26 ODGJ di dalam rumah singgah tersebut. Bersama Pertamina, Naomi dan kelompoknya melakukan beberapa program antara lain menjalin kemitraan dengan 6 Puskesmas di Kota Parepare. Meningkatkan kerja sama dengan institusi terkait baik pemerintahan dan swasta dalam membangun gerakan bersama SEHATI menangani ODGJ, kunjungan rumah ODGJ, terapi Aktivitas Kelompok bagi ODGJ, Support Help Group atau kelompok swabantu bagi keluarga atau pendamping ODGJ.
Selanjutnya, pendampingan kepada ODGJ untuk mengakses layanan kesehatan, meningkatkan keterampilan dan aktivitas produktif, edukasi kepada keluarga atau pendamping ODGJ mengenai kesehatan jiwa, sosialisasi isu kesehatan jiwa kepada masyarakat. Peningkatan kapasitas kader kesehatan jiwa dan petugas kesehatan di Puskesmas dan pembentukan sistem untuk pemberian layanan kepada ODGJ dari beberapa stakeholder terkait
Area Manager Communication, Relation & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi Laode Syarifuddin Mursali mengatakan bahwa setiap wilayah operasi Pertamina memiliki social mapping yang memetakan masalah dan potensi masyarakat disekitarnya. Dari hasil social mapping tersebut Fuel Terminal Parepare mendapati ada sosok yang memiliki kepedulian tinggi yang menjadi panutan masyarakat. Tetapi belum mendapat perhatian yang serius.
“Setelah kita dalami akhirnya Pertamina membantu beberapa peralatan pendukung pendampingan dan menjembatani Ibu Naomi dengan berbagai pihak seperti dinas kesehatan yang menyuplai obat-obatan untuk mereka. Alhamdulillah sejak 2018 sudah banyak ODGJ yang berhasil disembuhkan Ibu Naomi,” tutur Laode.
Simon salah seorang warga Soreang Kota Parepare yang memiliki anak ODGJ merasa terbantu dengan adanya program ini. Anaknya yang berumur 18 tahun selama ini singgah di rumah Ibu Naomi dan akhirnya sembuh. “Ketulusan Ibu Naomi dalam memberikan pendampingan dan pelayanan jauh lebih dari kami yang orang tuanya sendiri. Kami banyak belajar darinya,” tukas Simon.
Tanggal 10 Oktober lalu diperingati sebagai world mental health day. Melalui Naomi dan Yayasan Cahaya Pelita Sehati kita menjadi aware bahwa di sekitar kita masih ada orang yang mengalami gangguan mental dalam bentuk sekecil apapun. Pertamina mengimani penerapan Environmental Social Governance (ESG) yang dipegang teguh dalam setiap proses bisnis dan mendukung tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDG’s) terutama No.3 Aspek Kesehatan dimana salah satu poinnya adalah mempromosikan mental health sebagai sesuatu yang terbuka dan tidak dijadikan sebagai tabu.