Proyek Sains Umbi Janeng

Umbi _JanengTim dari Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda Aceh berhasil menjadi juara umum untuk kategori Proyek Sains dalam Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2014 lalu. Tim terdiri dari tiga mahasiswa, yaitu Muhammad Ihsan, Muhammad Iqhramullah dan Shabrina. Ihsan dan Shabrina tercatat sebagai mahasiswa angkatan 2012 sedangkan Muhammad Iqhramullah ang­katan 2013.

 

Mereka membawakan meteri lomba dengan judul “Bioetanol Padat sebagai Energi Terbarukan”. Tim ini memaparkan bahwa me­reka berhasil membuat bio­e­tanol dari bahan umbi ga­dung racun, yang dalam bahasa Aceh dikenal dengan nama umbi janeng. “Umbi janeng tidak bisa dikonsumsi masyarakat karena beracun. Makanya kami memilih umbi janeng sebagai bahan baku bioetanol,” tutur Ihsan.

 

Di  Aceh, Umbi janeng banyak ditemukan tumbuh liar di kebun-kebun milik warga. Kandungan karbohidrat umbi janeng yang sangat tinggi membuat Ihsan dan teman-temannya tertarik untuk menjadikannya bahan baku bioetanol. Ihsan menuturkan, untuk memulai penelitiannya, ia menggunakan modal sendiri yang didapat dari beasiswa yang ia terima. Biaya penelitian yang dihabiskannya mencapai Rp 4 juta.

 

Menurut Ihsan, Bioetanol padat yang dibuatnya punya sejumlah keunggulan. Ben­tuknya yang padat membuat bioetanol umbi janeng tidak mudah menguap. “Selain itu, daya bakarnya juga lebih lama dan tidak cepat habis. Keunggulan lainnya bioetanol ini sangat ekonomis dan juga ramah lingkungan. Dengan proyek ini juga kami dapat meningkatkan nilai ekonomi dari umbi janeng ini,” ujarnya.

 

Produk bioetanol dari umbi janeng itu kemudian mengantar Ihsan dan kawan-kawan menyabet 4 gelar dalam OSN 2014. Selain juara I untuk proyek sains unggulan, Tim Unsyah juga menyabet gelar stand terbaik, poster terbaik, dan juara umum pada babak penyisihan. Total hadiah yang dibawa pulang mencapai Rp 58,5 juta. Hadiah tersebut, kata Ihsan akan digunakan untuk pengembangan penelitian bioetanol umbi janeng dan proyek penelitian yang lain.

 

Ihsan saat ini mengem­bangkan proyek pengawet ikan alami yang bisa digu­nakan sebagai pengganti formalin yang berbahaya bagi kesehatan. Pengawet ikan tersebut berbahan baku limbah sayur kol yang telah membusuk. “Formalin sangat berbahaya bagi kesehatan. Kami melaksanakan pro­yek penyuluhan di sejumlah daerah pesisir di Aceh un­tuk menggunakan penga­et alami dibanding menggunakan formalin,” ujarnya.

 

Ke depannya Ihsan ber­harap ada pihak yang mau mendanai kelanjutan proyek bioetanolnya untuk bisa di­produksi masif sehingga dapat dira­sakan oleh berbagai lapisan masyarakat.•DSU

Share this post