MAKASSAR – Suryami tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Wanita berusia 60 tahun ini sumringah. Permohonan modal kerja usahanya yang diajukan lewat Program Kemitraan (PK) disetujui Pertamina melalui Marketing Operation Region VII. "Saya ajukan pinjaman Rp 50 juta," ujarnya penuh bahagia.
Suryami adalah pemilik usaha kopi asal Enrekang, Sulawesi Selatan. Dengan bendera UKM Maghfira Baroko yang sudah ditekuninya belasan tahun, tahun ini ia kembali mengajukan pinjaman bergulir sangat lunak melalui program kemitraan Pertamina. Sebuah program pemberian modal usaha bergulir dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bagi sektor usaha mikro, kecil dan menengah.
Sebetulnya, ini bukan kali pertama Suryani mengajukan program serupa. Sekitar enam tahun lalu, ia pernah mengajukan program pinjaman sangat lunak ini ke Pertamina juga. Waktu itu ia mengajukan Rp 30 juta. Bahkan, tiga tahun lalu, setelah pengajuan PK pertama lunas, ia kembali mengajukan PK kedua kalinya dan mendapat pinjaman Rp 50 juta.
Berbekal modal dari Pertamina itulah, Suryani mengaku usahanya tumbuh pesat. Dari yang semula menggunakan alat sederhana dengan produksi 5 kg kopi/minggu, kini pabrik kopinya yang sudah dilengkapi mesin roasted lumayan canggih mampu memproduksi hingga 1 ton dalam satu bulan. "Dulu tidak punya pekerja, sekarang punya 6 karyawan. Bahkan kalau lagi musim panen kopi, bisa 30 karyawan," jelasnya.
Uniknya, produk kopi yang ia olah yakni Kopi Kalosi tergolong kopi yang memiliki sejarah panjang lantaran sudah terkenal sejak jaman penjajahan Belanda. Perkebunan Kopi Kalosi terletak di ketinggian sekitar 1.500 mdpl. Jenisnya adalah arabika di mana cita rasanya lebih kaya dan kandungan kafeinnya tidak terlalu tinggi. Kopi dengan cita rasa unik ini diharapkan menjadi pesaing Kopi Toraja yang telah lebih dahulu mendunia.
Kopi Kalosi merupakan kopi primadona asal Kabupaten Enrekang. Karakternya yang membuatnya berbeda dibandingkan Kopi Toraja adalah rasa masam buah yang meninggalkan rasa manis setelahnya. Biji kopinya memiliki body medium dengan sedikit rasa rempah-rempah. Varietas ini punya potensi pangsa pasar yang cukup menjanjikan.
Tak heran jika menurut pengakuan Ibu Suryani, wilayah pemasaran produk kopinya saat ini semakin luas. "Dalam negeri sudah menjangkau Pulau Jawa, Bali, Kalimantan hingga Papua. Selain itu juga kami mulai ekspor kecil-kecilan ke luar negeri seperti Jepang dan Kanada," ujarnya. Beberapa pameran dalam negeri yang difasilitasi Pertamina pun pernah diikutinya.
Unit Manager Communication & CSR Marketing Operation Region VII, Hatim Ilwan, mengatakan pihaknya sejak awal sangat mendukung usaha Ibu Suryani dengan Kopi Kalosinya. Selain memiliki nilai sejarah panjang, jenis kopi yang diolahnya pun berkwalitas. "Kami ingin memperkenalkan lebih luas lagi dan Pertamina ingin menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam mendunianya kopi Kalosi," ujarnya.
Salah satu kontribusinya, masih menurut Hatim, Suryani menjadi salah satu mitra binaan yang kembali mendapatkan bantuan modal usaha lewat Program Kemitraan Pertamina. "Hari ini Pertamina MOR VII menyalurkan bantuan sebesar Rp 1,1 Milyar bagi 21 orang calon entrepreneur sukses, salah satunya Ibu Suryani," terang Hatim. Mereka berasal dari Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Toraja Utara dan Enrekang.
Penyaluran bantuan modal ini, lanjut Hatim, merupakan penanda bergulirnya kembali Program Kemitraan Pertamina di tahun 2020. "Jumlah bantuan modal yang akan kami salurkan di tahun ini mencapai Rp 16 Milyar yang terbuka bagi semua pemilik UMKM di Sulawesi," ujarnya.
Hatim menambahkan bahwa keuntungan yang didapat dari menjadi mitra binaan Pertamina sangat banyak dengan persyaratan yang mudah dipenuhi. "Penjelasan singkat mengenai Program Kemitraan Pertamina bisa dibaca di website kami www.pertamima.com/id/PKBL," pungkasnya.*MOR VII