Relawan Guru Sobat Bumi Mengabdi di Indonesia Timur

Jakarta – Pertamina Foundation akan lebih memfokuskan pengembangan pendidikan di wilayah Indonesia bagian Timur. Guna mewujudkannya, sebanyak 12 Relawan Guru Sobat Bumi siap diberangkatkan ke Kabupaten Keerom dan Kabupaten Wamena Propinsi Papua untuk pengabdian mengajar kepada anak-anak di kedua wilayah tersebut.


“Mereka mempunyai hak yang sama dengan anak-anak lain di Indonesia. Anak-anak ini juga perlu sentuhan,” tegas Direktur Pendidikan Pertamina Foundation Ahmad Rizali di Jakarta, Minggu (22/9).


Relawan Guru Sobat Bumi merupakan program Pertamina Foundation yang awalnya direncanakan untuk membantu pemberantasan buta huruf bagi ribuan anak-anak TKI di Sabah Malaysia. Alasannya, anak-anak TKI Malaysia mempunyai hak sama untuk mendapatkan pendidikan seperti anak-anak lain di Indonesia.


Untuk mewujudkan program yang sudah disiapkan sejak Juni 2012 itu, Pertamina Foundation telah mengirimankan 13.000 buku teks untuk SD kelas 1 sampai kelas 3.“Selain itu, kami juga telah mengirimkan Buku Belajar Membaca ke Sekolah Indonesia Kota Kinabalu melalui Konjen Kota Kinabalu pada Desember 2012,” tegas Ahmad.


Keseriusan Pertamina Foundation untuk membantu pengembangan pendidikan anak-anak TKI di Malaysia juga diwujudkan dengan memberikan beasiswa penuh. Saat ini ada 10 siswa lulusan SIKK dan Comunity Learning Centre (CLC) di Sabah yang tengah belajar di SMA dan SMK Binaan Pertamina Foundation di Denpasar, Malang dan Probolinggo.


Ahmad menegaskan, Program Relawan Sobat Bumi mendapat dukungan dari pemerintah. Pada bulan Mei 2013, Pertamina Foundation diberikan kesempatan audiensi di depan Wakil Presiden Boediono. “Wapres sangat antusias dan mendukung program ini,” cetusnya.


Namun, sejak terpilih 15 relawan guru yang diseleksi secara ketat pada Mei 2012, clearance dari Malaysia belum juga dikeluarkan hingga kini. Padahal, para relawan guru ini sudah memiliki komitmen siap bertugas dan meninggalkan semua aktivitasnya.


“Maka kami putuskan pengabdian mereka dialihkan untuk Indonesia Timur. Kalau ditunda terlalu lama semangat mereka bisa turun. Saat ini saja ada tiga relawan guru yang tidak bisa ditahan untuk mundur. Tapi tidak apa-apa, di Indonesia Timur pengabdian mereka juga sangat dibutuhkan,” terang Ahmad.


Ahmad menambahkan, untuk menangani masalah ketiadaan layanan pendidikan di Malaysia,pemerintah tidak bisa melakukannya dengan “business as usual”. Padahal semestinya, pemerintah bisa menekan Malaysia untuk mengirimkan lebih banyak guru. “Dalam hal ini Kemendikbud harus aktif mengajak masyarakat di tanah air ikut partisipasi dan difasilitasi penuh,” tandas Ahmad.


Ahmad mengingatkan,jika pemerintah abai dan lalai, maka bisa dianggap melanggar UU dalam mencerdeaskan bangsa, UU Sisdiknas dan juga UU Perlindungan Anak. “Semestinya kedua negara bisa lebih perhatian. Ini masalah hak asasi mendasar manusia lho,” tutup Ahmad.

Share this post