Sangap Ginting : Budi Daya Jeruk Manis

7-Sangap GintingKabupaten Karo, Sumatera Utara memang terkenal sebagai sentra produksi komoditas jeruk.  Salah satu varietas jeruk yang banyak ditanam di kabupaten ini adalah jenis siam madu.

 

Rasa jeruk siam madu lebih manis dan daya tahannya lebih lama.  Karena pemasarannya cukup baik, maka upaya pengembangan jeruk ini menjanjikan keuntungan bagi petani. Seperti yang dirasakan Sangap Ginting. Sejak tahun 2000, ia menekuni usaha budi daya jeruk madu di Desa Dokan Kecamatan Merek Kabupaten Karo.  Dari semula 2 hektar lahan, kini ladang jeruk Sangap mencapai 20 hektar.  Sebagian besar ditanami jeruk madu, sebagaian lagi jeruk siam lokal.

 

Sebelum bertani jeruk,  pria ke­lahiran 1962 ini merupakan pegawai di perusahaan PT Bibit Baru selama 25 tahun. Berhenti  bekerja, Sangap merintis  usaha sendiri. Pengalamannya di bidang pertanian khususnya hortikultura, memotivasi Sangap memilih bertani jeruk sebagai ladang usaha.  Beruntung Sangap mendapat sokongan  modal saat itu. Termasuk dari Pertamina. “Bantuan awal dari Pertamina seluruhnya saya gunakan untuk modal membeli pupuk dan obat-obatan,’’ujarnya.

 

Diakuinya, untuk berhasil dalam usaha membutuhkan kesungguhan.  Karena itu,  Sangap selalu menyempatkan diri merawat tanaman jaruknya.  “Usahakan berbicara dengan tanaman. Harus sungguh-sungguh meneliti tanaman.  Kalau lagi terserang hama, kita percepat penyemprotan. Demikian juga pemupukan, harus tepat waktu agar memberikan hasil optimal,’’ sebut warga lorong Arih Ersada Desa Gongsol Berastagi  tersebut.

 

Ketekunan suami dari Ralin  membuah­kan hasil manis, seperti rasa jeruk yang ditanamnya.  Kini ia memiliki 12 karyawan yang membantunya mengelola ladang jeruk yang biasa dikenal dengan sebutan Ginting Rudal Jeruk Madu. Dalam setahun,  Ginting Rudal Jeruk Madu bisa menghasilkan produksi 150 ton jeruk dengan omzet Rp1,5 miliar per tahun atau Rp125 juta per bulan. Jeruk dikirim ke berbagai daerah. Seperti Tapanuli Selatan, Lampung, Bengkulu dan sebagainya. Dari pendapatannya, ia bisa mencukupi kebutuhan keluarga.  Membeli  kendaraan hingga mendaftar haji. 

 

Setiap hasil panen, Sangap membaginya menjadi tiga bagian. Satu bagian digunakan untuk modal kembali, satu bagian merupakan keuntungan dan satu bagian lagi buat para pekerja.  “Saya berlakukan sistem seperti ini agar karyawan tidak sekadar makan gaji.  Prinsipnya, bagaimana anggota juga bisa lebih maju,’’ sebutnya.

 

Karenanya, Sangap mengatakan sangat beruntung  menjadi mitra binaan Pertamina yang  sudah beberapa kali menyalurkan bantuan modal. “Kalau kita berhasil dibina, kita bina lagi yang lain supaya keberhasilan bisa dirasakan merata,’’ujar Sangap.•MOR I

Share this post