Secercah Asa Mutiara Timur

Sekolah BolaHari sudah sore, ketika puluhan bocah berkumpul sebuah lahan kosong di dekat Pelabuhan Feri Rakyat, kota Sorong Papua. Lahan kosong ini dimanfaatkan Yopi MK, pekerja BAPPEDA kota Sorong, yang saat ini menjadi pelatih sekaligus manager sepakbola klub Limalas.


Di atas lahan kosong berpasir putih, anak-anak didik Yopi berlatih setiap sore dari pukul setengah empat hingga pukul enam. Lapangan tanpa rumput dan gawang tersebut, menjadi andalan para calon pemain bola berbakat dari tanah Papua. Gawang hanya dibuat dengan tanda berupa batu, sementara garis lapangan, hanya dikira-kira saja. Toh dengan keterbatasan itu, dari lapangan ini telah lahir pemain bola pendukung Tim Nasional Boaz Salossa dan Titus Bonai.


Dalam kondisi keterbatasan, para siswa SSB Limalas yang berusia 9 hingga 17 tahun tetap semangat berlatih. Tak mengenal panas maupun hujan, meski harus berlatih bertelanjang kaki tanpa sepatu bola. Bagi Yopi, semangat tersebut yang menjadi modal ‘mutiara-mutiara timur’ itu mengukir prestasi. Kini generasi selanjutnya Julius Josel Omkarsba, putra Yopi-pun telah bergabung di Pertamina Soccer School (PSS), milik Pertamina Foundation. Sekolah sepakbola gratis para pemain berbakat, yang lolos seleksi talent scouting PSS pada tahun 2012 lalu.


Perjuangan Yopi dan rekannya Gelli Wuthoi mengasah bakat pemain bola dari Raja Ampat tak semudah yang dibayangkan. Mereka bekerja keras mencetak bibit pesebakbola asal Sorong, untuk menjadi pemain bola handal, meski dengan segala keterbatasan. “Bola dan alat latihan berasal dari kantong pribadi kami,”jelas Yopi. Semua dilakukan karena prihatin dengan semangat anak yang tidak tersalurkan. “Semangat mereka patut diacungi jempol. Jarak puluhan kilometer dari rumah ke lapangan ini, tak menghalangi anak-anak berlatih di tempat kami, bahkan ada yang harus membantu orang tuanya dahulu menjadi pemulung, kemudian baru berlatih,”papar Gelli.


Dulu sebelum bernama Limalas, klub asuhan Yopi dan Gelli yang berdiri tahun 1994 bernama ‘Boyseri FC’. Anggotanya hanya 25 anak. Mereka berlatih di dekat bandara. “Kalau ada pesawat mau landing atau take off kita menyingkir dulu,”kenang Yopi. Seiring waktu berjalan, banyak anak yang ikut berlatih, sehingga namanya berubah menjadi Limalas FC. Lapangan pun berpindah ke lahan kosong milik Pemda yang berada di sekitar pelabuhan. Lapangan bisa dipinjam, setelah Yopi meminta izin kepada Pemda setempat. Dari 200 anak yang bergabung, beberapa diantaranya merupakan pemain bola perempuan. Mereka masuk dalam group galanita, yang kini beranggotakan 40 anak.


"Siapa lagi yang melirik dan melatih anak Papua kalau bukan kami. Minat mereka besar, tapi tidak tertangani dengan baik," ujar sarjana Institut Sains Teknologi Indonesia, Bandung ini.


Yopi sadar bakat alam saja tidak cukup, tapi perlu ada manajemen dan pembinaan yang teratur. Sehingga ia mengelola sekolah bola Limalas secara professional meski tanpa dana sumbangan darimanapun. Dia-pun menceritakan bagaimana susahnya membeli sepatu bola bagi siswa-siswi SSB binaannya.

 

Umumnya, mereka adalah anak buruh pelabuhan atau nelayan setempat, yang sudah jelas terukur segi kemampuannya. Mereka tak semuanya berdarah Papua. Ada juga anak suku Bugis-Makassar dan Jawa. "Jangankan membayar, membeli sepatu bola saja susah. Bahkan kostum yang mereka kenakan patungan antara manager dan pelatih lainnya,” ujar Gelli.


Kini beberapa anggota klub Limalas, sudah ada yang memperkuat klub sepakbola di kompetisi lokal maupun nasional. Mereka ada yang bermain seperti di Persiram Raja Ampat, Persifak Fak-Fak, Josel menjadi anggota PSS dan beberapa klub lainnya. Melihat kenyataan itu, anak-anak klub Limalas semakin termotivasi.


Karena itulah, Pertamina Foundation memberikan bantuan peralatan sepak bola berupa bola, sepatu, kostum, dll kepada klub Limalas. Bantuan diserahkan langsung oleh Direktur Pertamina Karen Agustiawan saat mengunjungi Sorong, pertengahan April lalu. Bahkan untuk memberikan motivasi kepada anak-anak, Karen menyempatkan diri bermain bersama anak-anak dari klub Limalas. “Semoga peralatan ini bisa menambah semangat anak-anak berlatih dan menggapai prestasi,”ujar Karen saat memberikan bantuan kepada klub Limalas dan klub bola lainnya dari Sorong. Anak-anak menerima bantuan tersebut dengan sukacita. “Kami akan memberikan yang terbaik, terima kasih Pertamina,”janji Wenda, salah seorang siswa Limalas.

Share this post