Tuntong, Satwa Asli Aceh Tamiang yang Jadi Target Konservasi PEP Rantau

6-PEP Tuntong _resizeAceh,tamiang – Tahun 2013 menjadi awal mula PT Pertamina EP Asset 1 Rantau Field menjalin kerja sama dengan dengan Yayasan Satu Cita Lestari Indonesia. Kerja sama yang diikat selama 5 tahun tersebut mencakup ber­bagai kegiatan konservasi Tuntong Laut, satwa asli Aceh Tamiang yang nyaris punah.

 

Berdasarkan data Interna­tional Union for Conservation of Nature (IUCN), Tuntong Laut berada di urutan  ke-25 dari 327 spesies di dunia yang ter­masuk kategori hampir punah.

 

“Kami mendukung ke­giat­an tersebut karena ber­de­katan dengan wilayah operasi dan Tuntong merupa­kan satwa yang nyaris punah seka­ligus menjadi satwa ciri khas Aceh Tamiang. Yang mem­­prihatinkan kepunah­annya akibat telurnya dikon­sumsi masyarakat,” jelas Field Manager PEP Rantau Field Richard Muthalib.

 

Kerja sama yang dijalin selama 5 tahun hingga tahun 2018 tersebut senantiasa dikembangkan. Mulai dari pemantauan dan penetasan telur, pembesaran dan pele­pasan tukik, sosialisasi peles­tarian satwa liar, pe­ma­ntauan populasi hingga pene­litian genetika.

 

Keterlibatan tidak se­ke­­dar dukungan dana, na­­mun juga menurunkan pe­kerja Perta­mina yang rutin meng­ikuti ke­giatan konservasi pada musim Tuntong bertelur.

 

Dedi Zikrian Staf CSR dan Benedictus Widya Staf Environment PEP Rantau Field pada bulan November hingga April mengaku rutin meng­ikuti kegiatan kon­ser­vasi yang dilakukan Yayasan Satu Cita Lestari Indonesia.

 

“Biasanya kami mengikuti patroli dari hari Jumat malam sam­pai Minggu. Menginap di pondok pantau bersama anggota Yayasan Satu Cita Lestari hingga mengawal pelepasan tukik pada bulan April setelah telur Tuntong mene­tas,” kata Dedi.

 

Dalam waktu dekat  Richard menambahkan akan mem­­bangun Rumah Informasi Tun­tong. “Bulan Agustus ini akan kami resmikan agar bisa mengenalkan lebih dekat ke­pa­da masyarakat dan generasi muda ten­tang Tun­tong secara lengkap,”jelasnya.

 

Ke depan, setelah Rumah Infor­­­masi Tuntong diresmi­­­­­­­­kan akan dilanjutkan dengan pengem­bangan ekowisata mangrove sebagai sarana edu­kasi lingkungan dan keragaman hayati. Program yang direncanakan dimulai tahun 2018 ter­sebut diharapkan dapat mening­kat­­kan keterlibatan masyarakat.•SEPTIAN

Share this post