Usaha Jamu Tradisional, Mitra Binaan TBBM Rewulu

CSR_PKBL_JamuREWULU - Semilir angin memecah di antara pepohonan bambu sore itu, Wagianti pun kembali mengulas ingatannya sepuluh tahun yang lalu. Ia selalu berharap, kelak usaha jamu tradisional di desanya bisa diturunkan kepada generasi muda di desanya. Karena membuat jamu tradisional sudah menjadi tradisi turun temurun di Dusun Watu, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul Yogyakarta.

 

Dengan 16 anggota, kelompok usaha jamu tradisional yang dipimpin oleh Wagianti ini, dulunya memang tidak memiliki struktur organisasi. Bekerja secara individu, dengan peralatan seadanya, menjadikan para ibu-ibu pembuat jamu itu sulit untuk berkembang.

 

Seiring berjalannya waktu, semangat mereka akhirnya berbuah manis. Pada tahun 2013, TBBM Rewulu memberikan bantuan. Pelbagai macam penyuluhan dan pembinaan diberikan kepada para ibu-ibu pembuat jamu. “Dengan memberikan sejumlah pelatihan, para pembuat jamu pun menjadi tahu bagaimana cara mengolah jamu yang bersih dan higienis,” ungkap Operation Head Pertamina TBBM Rewulu, Hari Purnomo.

 

Tak hanya itu, mulai dari alat produksi hingga alat penjualan diberikan kepada kelompok usaha jamu yang kini bernama Jati Husada Mulya atau disingkat JHM ini. Perkembangan yang dilakukan JHM pun kian melesat. Bila sebelumnya hanya menjual jejamuan jenis cair, kini mereka sudah dapat memproduksi jamu berupa serbuk yang bisa diseduh kapan saja. Kemasannya pun dibuat semenarik mungkin.

 

Saat ini jumlah anggota mereka mencapai 30 orang. Bahkan produksi jamu tersebut telah mendapat izin Pangan dan Industri Rumah Tangga (PIRT) dari Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Bantul.

 

Tak jauh dari kelompok usaha JHM, terdapat juga sekretariat mitra binaan Pertamina TBBM Rewulu lainnya. Kelompok usaha jamu tradisional Wiji Temulawak beranggotakan 24 orang. Mereka meracik jamu Godogan karena harus direbus terlebih dahulu.

 

Ibu Sami, ketua kelompok itu mengaku bahagia dengan adanya bantuan dari Perta­mina. “Kalau saya sudah 40 tahun produksi jamu, dan kita memang selalu begini kalau membuat jamu,” ujar Sami dengan logat Jawanya yang kental. Ia berharap dengan bisnis jamu yang digelutinya ini bisa meningkatkan nilai ekonomi warga Dusun Watu.•EGHA

Share this post