JAKARTA - Dalam bisnis hulu minyak dan gas bumi (migas), kegiatan pengeboran merupakan langkah pemungkas baik untuk menjaga dan/atau meningkatkan produksi maupun menambah cadangan baru. Kebijakan tersebut ditempuh oleh PT Pertamina EP (PEP) Asset 5 Sangasanga Field melalui beberapa pengeboran baru, salah satunya adalah pengeboran sumur Samboja (SBJ)-P6 atau SBJ-334.
“Tingginya natural decline rate di Sangasanga Field menjadi tantangan tersendiri dalam merawat produksi. Kami berupaya mengangkat kinerja produksi dengan melakukan pengeboran, serta berbagai kerja sumuran lainnya,” ucap Azis Rochmanudin, Field Manager Sangasanga.
Lebih lanjut Azis menjelaskan bahwa Sangasanga Field, baru-baru ini berhasil melakukan pengeboran sumur SBJ-P6 (SBJ-334) di kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara. Sumur tersebut ditajak pada 2 September 2018 menggunakan Rig PDSI #21.2/OW700-M,700H. Kedalaman akhir 1.749 meter dicapai pada 17 September 2018. Menurut Azis, perforasi dilakukan pada zona batupasi “DL-12”, selang 1.139-1.145 m, menghasilkan minyak sebanyak 595 barel minyak per hari (BOPD).
“Keberhasilan pengeboran ini sangat membantu upaya pencapaian target produksi Sangasanga Field,” tambah Azis.
Sepanjang semester-1/2018 pencapaian rata-rata produksi Field Sangasanga adalah 5.878 BOPD, YTD 6.359 BOPD (99,02% target). Selain lewat pengeboran sumur baru, kontribusi capaian produksi tersebut juga didapat dari upaya re-aktivasi sumur-sumur suspended.
”Sampai akhir semester-1, kami sudah melakukan kerja reopening sumur suspended sebanyak 11 lokasi. Di samping itu dilakukan juga pekerjaan sumuran lainnya, yaitu reparasi 17 sumur, Optimasi 18 Sumur, Workover 8 sumur, dan drilling 3 sumur,” ujar Azis.
Mengingat aset-aset produksi yang dikelola jajaran Sangasanga Field sebagian besar masuk kategori brownfield maka kebijakan mempertahankan produksi harus ditangani dengan lebih kreatif dan efesien. Karena itu, selain berbagai jurus dan kiat di atas, juga perlu dilakukan terobosan-terobosan inovasi yang tepat sasaran, meski terkesan sederhana.
Beberapa contoh inovasi yang diimplementasikan pada sumur-sumur produksi Sangasanga Field, antara lain sebagai berikut: (1) Installasi X-Line pada sumur NKL-1063, mulai di-install Februari 2018 dengan tujuan untuk menahan decline sumur yang disebabkan karena karakteristik minyak NKL-1063 yang paraffinic (HPPO); (2) Pemasangan Mud Anchor Modifikasi pada sumur-sumur dengan karateristik kepasiran, sehingga lifetime sumur-sumur dengan sucker rod pump (SRP) tersebut menjadi lebih panjang, sekaligus menghindari lost production opportunity (LPO); (3) Injeksi Scale Inhibitor pada sumur-sumur dengan karakteristik fluida pembentuk scale sehingga lifetime sumur meningkat.
Sementara itu, untuk menjaga kelancaran dan keharmonisan operasi, Sangsanga Field terus membangun sinergisitas dan kerja sama dengan setiap stakeholders, terutama masyarakat yang berdomisili di wilayah Ring-1 daerah operasi melalui program corporate social responsibility (CSR). Program CSR Sangasanga Field dijalankan melalui kebijakan 4 pilar tanggungjawab sosial:peningkatan quality of life, environment, art & culture, dan economy.
“Lewat kebijakan 4 pilar tersebut, Sangasanga Field berhasil meningkatkan pemberdayaan masyarakat dengan program Pertanian & Perternakan Terpadu,” ucap Azis. Kemudian Azis menambahkan, Sangasanga Field juga berhasil meningkatkan populasi Bekantan melalui Bekantan Insitu Conservation.
Minyak bumi diproduksi di Sangasanga mulai 1897 oleh Nederlandsch-Indische Industrie en Handel Maatschappij (NIIHM). Sejak 1905 sampai 1942 blok tersebut dikelola Batavia Petroleum Maatschappij (BPM). Setelah itu perusahan-perusahan minyak seperti BPM, Shell, TIPCO-Tesoro dan Pertamina-Medco E&P, bergantian mengelola Lapangan Sangasanga. Pada 15 Oktober 2008, wilayah yang sebelumnya dikenal sebagai daerah operasi Pertamina UBEP Sangasanga- Tarakan tersebut, secara penuh dikelola Pertamina melalui PEP Asset 5 Sangasanga Field hingga sekarang.•DIT. HULU