FRANKFRUT -- Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Ali Mundakir memenuhi undangan untuk hadir sebagai pembicara utama dalam acara IGC Invest Geothermal – Geothermal Finance & Investment Forum yang diselenggarakan oleh World Bank dan International Geothermal Association (IGA), di Frankfurt, Jerman.
Presiden International Geothermal Association (IGA) Alexander Richter menyampaikan, Indonesia sebagai negara yang mempunyai sumber energi panas bumi terbesar di dunia. Karena itu, IGA sangat mengapresiasi dan mendukung komitmen serta usaha PGE dalam mengembangkan panas bumi di Indonesia.
Menurut Richter, di tengah dinamika dan tantangan pengembangan panas bumi di Indonesia, PGE tetap terus melakukan pengembangan dan terobosan baik secara teknis maupun financial demi terciptanya energi yang ramah lingkungan bagi Indonesia dan dunia.
Karena itu, PGE dipercaya sebagai pembicara utama di hadapan delegasi 17 negara yang hadir. PGE dinilai sangat berpengalaman dalam pengusahaan panas bumi di Indonesia, baik secara teknis maupun dalam portofolio financing-nya. Salah satunya adalah dengan pemanfaatan softloan dari World Bank untuk EPCC PLTP Lahendong Unit 5&6 dan PLTP Ulubelu Unit 3&4 serta dari Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk EPCC PLTP Lumut Balai Unit 1&2.
Dalam kesempatan itu, Direktur Utama PGE Ali Mundakir memaparkan materi tentang Financial Structure of Geothermal Development Project – Case Study PGE.
Ali menyampaikan, PGE mendapatkan dukungan dan komitmen dari PT Pertamina (Persero) sebagai induk perusahaan dalam mengembangkan usaha panas bumi di Indonesia. "Pertamina mengalokasi dana investasi senilai total sekitar USD 2,7 miliar sampai dengan tahun 2026 untuk mencapai installed capacity sebesar 1.112 MW pada tahun 2026,” paparnya.
Ia juga menjelaskan studi kasus tentang kecepatan pengembalian investasi empat proyek empat proyek panas bumi PGE yang didanai 100% oleh Pertamina serta softloan dari World Bank dan JICA.
Ali pun berharap kepada para penyedia teknologi pembangkit listrik panas bumi untuk terus menurunkan harga per Megawatt (MW) di tengah kompetitifnya penurunan harga teknologi pembangkit Renewable Energy lainnya, seperti solar dan wind. Hal ini agar pengembangan panas bumi di Indonesia oleh PT PGE bisa lebih kompetitif dan terakselerasi.*PGE