Amankan Energi Bagi Negeri

Amankan Energi Bagi Negeri

Pertamina _Economical _Chalange _Metro TVJAKARTA – Memenuhi kebutuhan energi bukan perkara mudah, apalagi di tengah minimnya pasokan minyak bumi dalam negeri. Biaya produksi melonjak tinggi sedangkan harga komoditas kian terpuruk. Untuk itulah dibutuhkan antisipasi baru untuk mengamankan kebutuhan energi negara. Salah satunya melalui pengembangan energi baru dan terbarukan.

 

Berkaitan dengan upaya tersebut, kali ini talkshow Economic Challenges di Metro TV menyoroti langkah pemerintah dan Pertamina. Dengan mengambil tema ‘Amankan Energi Bagi Ne­geri’, Direktur Utama Per­tamina Dwi Soetjipto, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Rida Mulyana, dan Walikota Kendari, Asrun di­daulat menjadi pembicara dalam talkshow tersebut.

 

Dirjen EBTKE Rida Mul­­yana mengakui, saat ini Indonesia masih ber­gantung pada energi fosil yang ketersediaannya kian berkurang, sedangkan ke­butuhan energi nasional se­makin tinggi. Karena itu, pemerintah menetapkan beberapa strategi untuk mulai menggunakan energi baru dan terbarukan. Selain itu, energi tidak lagi dipakai sebagai komoditas tetapi benar-be­nar digunakan untuk modal pembangunan. “Itu merupakan dua paradigma yang harus diterapkan,” jelasnya.

 

Untuk  itulah, 10 tahun ke depan, Rida berharap energi fosil tidak lagi men­jadi andalan. Karena bila dipertahankan, tidak hanya makin tergantung oleh im­por luar negeri, tapi juga isu lingkungan bakal terus me­ngemuka.

 

Senada dengan hal tersebut, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto me­negaskan, untuk mengurangi jumlah impor minyak ke luar negeri, pihaknya mengaku harus melakukan langkah antisipasi. Sebab kebutuhan bahan bakar minyak 2025 akan mencapai di atas 2 juta barel per hari. “Karena itu, pengembangan energi baru dan terbarukan menjadi prio­ritas utama kami,” ujarnya. Menurutnya, pengembangan teknologi energi baru dan ter­barukan menjadi tantangan tersendiri ketika biaya yang di­butuhkan sangat tinggi di­ban­dingkan energi fosil. Dwi meng­ungkapkan tahapan yang sudah dijalani terhadap energi baru dan terbarukan. Saat ini, Pertamina fokus pa­da program riset ketika energi fosil mengalami kesulitan.

 

Sesuai dengan data Ke­men­terian ESDM, target 2015 untuk lifting minyak, yakni mi­nyak siap pakai adalah se­besar 825.000 barel per hari. Tetapi realisasi hingga September bulan lalu baru 783.000 barel per hari. Se­dangkan tahun depan target bakal dinaikkan sebesar 830.000 barel per hari.

 

Maka dari itu, untuk me­me­nuhi kebutuhan migas ke depan, Dwi mengatakan ada beberapa upaya yang harus dilakukan. Salah sa­tu­nya dengan menekan biaya operasi melalui efisiensi. Se­dangkan untuk upstream pada tahun 2025 mendatang ditargetkan mencapai 1,9 juta barel per hari.

 

Selain itu, pemanfaatan panas bumi pun semakin ditingkatkan. Apalagi, me­nurutnya, energi yang me­miliki potensi cukup besar di Indonesia tersebut, saat ini baru dimanfaatkan sekitar 5%. “Untuk itu, ke depan kita akan mendapatkan 45.000 dari situ, dari EOR kita bisa dapat 64.000 kemudian dari domestic expiring block 558.000. Kita juga akan perlu MNE untuk overseas dengan target 563.000 kira-kira sampai 2025,” tutup Direktur Utama Pertamina.•EGHA

Share this post