BANDUNG – Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya (saat menjabat) mengukuhkan penandatanganan sinergi bisnis kerja sama antar anak perusahaan Marketing & Trading Pertamina dengan nilai bisnis sebesar Rp3,23 triliun.
Sebanyak 16 potensi kerja sama dilakukan oleh lima anak perusahaan M&T Pertamina yakni, Pertamina Patra Niaga, Pertamina Retail, Pertamina Lubricants, Pertamina Trans Kontinental, dan Pertamina Energy Services.
Kegiatan Marketing & Trading Subsidiary Business Summit merupakan forum sinergi antar anak perusahaan Pertamina di lingkungan Marketing and Trading dan Petral. Hal tersebut dilakukan guna mengeksplorasi potensi bisnis di setiap anak perusahaan agar terbentuk jalinan kerja sama yang berkesinambungan.
Hanung mengakui, Pertamina memiliki potensi yang sangat luar biasa. “Misalnya saja Pertamina punya 5.000 SPBU, dan Pertamina Retail juga punya 100, gerai bright sebanyak 300. Ditambah pelumas juga memiliki pasar yang luar biasa besar. Patra Niaga volumenya besar, PTK punya kapal yang bagus. Kemudian tanah yang idle di Petral bisa memberikan sebagian bisnisnya untuk angkutan produk impor dan ini yang coba kita sinergikan,” ungkap Hanung usai kegiatan yang dihelat di Sheraton Hotel Bandung, Sabtu (14/11).
Hanung menegaskan, agar anak perusahaan dapat mengoptimalkan kemampuan kerja sama yang ada. Sehingga tidak menutup kemungkinan sinergi yang dihasilkan di masa mendatang mampu mencapai hingga sepuluh kali lipat. “Tidak harus kerja sama di bidang yang baru, tapi juga yang sudah ada harus dimaksimalkan. Kalau itu terjadi, ini merupakan langkah positif dari sisi bisnis sangat menguntungkan, potensi banyak yang bisa dieksplor lebih lanjut,” papar dia.
Kunci utama dalam proses tersebut menurut Hanung adalah konsistensi di antara manajemen yang dilakukan secara kontinyu. Dimana langkah tersebut akan mempercepat aspirasi perusahaan dengan merealisasikan pencapaian Pertamina di tahun 2025 mendatang. “Kita ingin men-generate revenue 200 miliar dollar, dan saya optimis kita mengarah ke sana. Pertamina adalah perusahaan besar dan berarti anaknya pun perusahaan besar. Aset yang bisa mendatangkan uang untuk perusahaan lain itu peluang kita untuk mengembangkan bisnis dengan bersinergi satu sama lain,” tegasnya.
Dibutuhkan semangat kemitraan dan kebersamaan yang utuh dalam menjalin sinergi. Untuk itu, pemikiran yang masih tersekat-sekat atau silo harus dibongkar terlebih dahulu. Setelah itu terjadi, maka semua kemungkinan bisnis kerja sama dapat dilakukan. Tentunya harus sesuai dengan prosedur, harga tetap kompetitif serta efisien. Pengelolaannya pun harus sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance.
“Pada akhirnya akan menghasilkan laba yang belum terpikirkan sebelumnya. Karena laba terjadi karena pendayagunaan resources yang efisien, saling memanfaatkan expertise yang ada di lingkungan anak perusahaan. Dan itu adalah salah satu aspek dimana laba terjadi,” tutup Hanung.• EGHA