Andalkan Inovasi Operasi Kinerja Produksi Tetap Tinggi

Andalkan Inovasi Operasi Kinerja Produksi Tetap Tinggi

20-HULU-Sangasanga _Sumur Produksi ANG-1033Jakarta – “Turunnya harga minyak dunia merupakan faktor external yang berada di luar kontrol kita, namun yang bisa kita lakukan adalah mengubah cara kerja kita secara radikal supaya tetap bisa survive dalam situasi sulit seperti saat ini,” kata Direktur Hulu (DH), Syamsu Alam menyikapi situasi pasar harga crude yang terus merosot, dalam berbagai kesempatan. Menurut Alam, dalam kondisi prihatin yang sama sekali berbeda dengan dua atau tiga tahun ke belakang, harus kita jadikan sebagai momentum untuk mengubah budaya kerja di semua lini kegiatan bisnis hulu. Model dan strategi kerja yang tadinya berorientasi memproduksi minyak dan gas (migas) secara at any cost menjadi cost effective and efficient. Tentu saja strategi ini hanya akan menjadi sekadar wacana manakala tidak didukung oleh seluruh jajaran Direktorat Hulu, baik yang bertugas di Kantor Pusat maupun di lapangan lewat langkah-langkah kreatif dan inovatif.

 

Merespon pesan-pesan DH tersebut, PT. Pertamina EP (PEP) sebagai anak perusahaan Pertamina yang paling tua dalam bisnis hulu migas (APH), melakukan rekalkulasi be­sar-besaran dalam Rencana Kerja (RK) nya, misalnya sa­ja pada 2015 lalu manajemen PEP membatasi kegiatan pengeboran hanya sampai di bulan April. Meski begitu, hingga saat ini PEP masih menjadi tumpuan produksi migas Pertamina. Berbagai kendala operasi karena sebagian besar asset produksi PEP sudah mature, dapat di atasi dengan pengalaman dan kearifan yang dimiliki oleh jajaran PEP. Hasilnya, secara konkrit ditunjukkan oleh kinerja produksi PEP yang masih tetap teratas dibanding APH lainnya. Ambil contoh, PT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field. Asset Pertamina yang berlokasi di Sangasanga, Propinsi Kalimantan Timur ini, adalah lapangan tua yang hingga kini masih gagah berproduksi. Dengan wilayah kerja seluas 13,3 ribu hektare terhampar dari Samboja di selatan, Sangasanga, Anggana sampai area North Kutai lama (NKL) di Utara. Wilayah kerja yang di batasi oleh Sungai Mahakam, itu pada Semester-I / 2016 mampu memproduksi minyak sebesar 7.129 barel minyak per hari (BOPD).

 

“Berbagai upaya dilakukan management Sangasanga Field untuk terus meningkatkan produksi minyaknya ditengah gelombang krisis yang belum bisa dipastikan kapan akan berakhir, di antaranya dengan melakukan efisiensi rencana kerja seperti prioritas bor dan workover yang lebih selektif, program skin by pass yang agresive, dan optimisasi lifting yang tepat,” ungkap Field Mananger Sangasanga, Andri Haribowo mewartakan strateginya. Selanjutnya Andri menguraikan beberapa sumur yang dilakukan workover dan optimasi diantaranya, sumur NKL-1060 yang tadinya berproduksi 728 BOPD menjadi 2.012 BOPD. Kenaikan produksi juga dialami oleh sumur LSE-1055, sebelum dilakukan kegiatan optimasi sumur, angka produksinya sebanyak 157 BOPD. Setelah selesai aktivitas tersebut produksi LSE-1055 menjadi 259 BOPD. “Selain itu pekerjaan skin by pass juga dilakukan pada sumur LSE-1076 dengan tambahan produksi sebesar 120 BOPD,” jelas Andri.

 

Diakui Andri, jatuhnya harga minyak berdampak pada penyusutan kegiatan pengeboran di semester I/2016. Jika dibandingkan dengan semester I/2015, kegiatan pengeboran di Sangasanga Field saat itu sebanyak 10 sumur, sementara pada semester I/2016 dipangkas hanya tinggal 3 sumur. Dilihat dari sejarahnya sejak 2010 hingga 2015 kontribusi terbesar produksi Sangasanga diperoleh dari pengeboran. Karena itu, pe­nurunan jumlah pengeboran pada semester I/2016 membuat management sedikit kesulitan mengejar target produksi. Dari target 3 pengeboran yang direncanakan pada 2016 ini, satu sumur sudah terealisasikan yaitu SBJ-329 pada 23 Juni lalu dengan gain 45 bopd, sedangkan dua sisanya yakni sumur SBJ-330 dan UMM-07 masih dalam progress. Ditargetkan dari kedua sumur ini Sangasanga akan mendapatkan tambahan produksi sebesar 550 BOPD.

 

Reaktivasi sumur suspend juga aktif dilakukan dengan gain 58 BOPD dari 4 sumur (NKL-1015, NKL-920, ANG-946, dan LSE-190). “Jadi secara ke­seluruh­an hingga akhir semester I/2016, ini kami berhasil menam­bah produksi sebesar 1.720 BOPD, dan per 19 Juli 2016 kemarin total produksi Sangasanga mencapa 8.500 BOPD,” ungkap Andri. Selanjutnya terkait kinerja fasili­tas produksi, berbagai terobosan dan inovasi teknis dilakukan  untuk menambah keandalan alat, diantaranya: (1) Pemasangan Bantuan Antar Unit (BAU) Separator Ex-Sangatta D105 (di SP 998) dan V06 (di SP NKL) beserta piping dan Flare Stack untuk menggantikan fa­silitas yang disewa. Terobosan ini menghasilkan peng­hematan biaya produksi sebesar Rp. 280 juta perbulan; (2) Penggantian kabel AAAC (tanpa selubung) dengan kabel AAACS (dengan selubung) sepanjang 3 x 1.800 m, untuk meminimalisir pencurian kabel tembaga dan gang­guan petir; (3) Penggantian Trafo ST 968, yang bertu­juan mengoptimalkan kinerja 2 unit Pompa Injeksi di WIP 968.

 

Hal yang tidak kalah penting dari upaya mencapai target produksi adalah membangun hubungan  harmonis dengan masyarakat sekitar. Maka, berbagai program corporate social responsibility (CSR) intens dilakukan antara lain: (1) budidaya ikan air tawar di wilayah Sungai Sangasanga; (2) pengembangan usaha produksi ma­kanan berbahan dasar ikan nila seperti amplang dan kerupuk ikan nila, nugget, baso, siomay ikan nila; (3) pengembangan usaha tani ternak terpadu; (4) pe­ngembangan usaha ternak ayam potong; (5) ban­tuan solar cell untuk penerangan jalan umum.

 

“Pada 2015 lalu, anggaran CSR sebesar Rp 2 miliar, namun realisasinya sebesar Rp 1 miliar. Namun, setiap program yang telah disusun seluruhnya terealisasi,” kata Andi mengakhiri perbincangan.•DIT. HULU

Share this post