JAKARTA - Sampah plastik merupakan salah satu penyebab pencemaran lingkungan hidup, tak hanya di Indonesia bahkan dunia. Plastik merupakan produk serbaguna, ringan, fleksibel, tahan kelembaban, kuat, relatif murah. Karena berbagai kemudahan tersebut, seluruh dunia berlomba untuk menghasilkan lebih banyak produk berbahan baku plastik.
Namun tidak begitu ceritanya jika ditangani dengan tepat, nyatanya Pertamina melalui Fungsi Innovation & New Venture (INV) kini sedang melakukan riset lanjutan mengenai konversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak.
Specialist II Petroleum & Petrochemical Non-Fuel INV Ribka Priscila Sinaga mengungkapkan, penelitian ini sebetulnya telah diinisiasi sejak 2015. Saat itu, penelitian ini masih bersifat kajian awal.
“Latar belakangnya tentu karena konsumsi plastik di Indonesia terus meningkat dengan kenaikan rata-rata 300 ton sampai 400 ton per tahun,” terangnya.
Mengutip data Lingkungan Hidup, kebutuhan plastik meroket dari 2,4 juta ton di tahun 2010 menjadi 6,2 juta ton di tahun 2020.
Berdasarkan riset tahap awal, sampah plastik berhasil dikonversi menjadi minyak dengan metode pirolisis. Minyak hasil pirolisis sampah plastik akan diolah lebih lanjut menjadi produk siap pakai sesuai dengan hasil karakterisasinya seperti menjadi gasolin, solar, atau pelarut (solvent).
Lalu, apa itu pirolisis yang mampu merubah sampah plastic menjadi bahan bakar minyak.
Pirolisis adalah proses dekomposisi suatu bahan pada suhu tinggi yang berlangsung tanpa adanya udara atau dengan udara terbatas. Proses dekomposisi pada pirolisis ini juga sering disebut dengan devolatilisasi.
Pirolisis atau bisa di sebut thermolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan pemanasan tanpa kehadiran oksigen.
Proses pirolisis menghasilkan produk berupa bahan bakar padat yaitu karbon, cairan berupa campuran tar dan beberapa zat lainnya. Produk lain adalah gas berupa karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan beberapa gas yang memiliki kandungan kecil. Hasil pirolisis berupa tiga jenis produk yaitu padatan (charcoal/arang), gas (fuel gas) dan cairan (bio-oil).
Umumnya proses pirolisis berlangsung pada suhu di atas 300°C dalam waktu 4-7 jam. Namun keadaan ini sangat bergantung pada bahan baku dan cara pembuatannya, Demirbas (2005). Temperatur pirolisis untuk mereduksi sampah dicapai secara optimal. *HM