PALU - Pasca gempa dan tsunami yang menimpa Kota Palu dan sekitarnya membuat lumpuh sistem perekonomian sebagian kota tersebut. Apalagi pasokan BBM yang sulit didapat membuat masyarakat juga sulit untuk bepergian menggunakan kendaraan karena sulitnya bahan bakar.
Hal tersebut dirasakan oleh salah satu pedagang sayur H. Saidah yang berjualan di Jalan TG Manimbaya Kota Palu, Sulawesi Tengah. Ia sudah berjualan sayur selama 26 tahun. Saidah membeli sayur mayur di Pasar Inpres yang jaraknya sekitar dua kilometer dari Kota Palu. Namun, saat terjadinya gempa dan tsunami ia terpaksa tidak bisa berjualan. Ia terpaksa berjualan sayur mayur yang sudah ada di warungnya sejak sebelum gempa terjadi.
“Lima hari setelah gempa saya kembali berjualan. Masih ada sisa sayur yang lalu, saat saya jual itu laku sekali. Makanya saya harus beli sayur lagi untuk bisa dijual,” katanya.
Untuk membeli sayur ke Pasar Inpres, ia membutuhkan mobil untuk mengangkutnya. Sedangkan mobil membutuhkan bahan bakar. Pasca gempa ia merasakan sulitnya mencari BBM. Bahkan ia sempat mendapatkan BBM eceran dengan harga Rp 50.000 per liternya.
“Untuk membeli sayur saya membutuhkan mobil untuk mengangkut sayur dan membutuhkan BBM untuk bahan bakarnya. Pasca gempa pertama sangat sulit mencari BBM. Ada yang jual eceran tapi satu liternya Rp 50.000. Mau tidak mau saya beli yang eceran karena mau dipakai untuk belanja sayur lagi,” terang ibu dari delapan orang anak ini.
Namun hal itu cuma berlangsung dua hari setelah gempa. Karena pasokan BBM sudah kembali normal dan ia sudah bisa mengisi bahan bakar mobilnya di SPBU. Dengan begitu ia bisa kembali berjualan sayur lagi. Berkah yang ia dapat, sayuran yang ia jual selalu laku karena belum banyak warung yang menjajakan dagangan sayur mayur. Ini merupakan peluang baginya untuk mengembangkan usahanya.
“Sebelum gempa, penjualan saya biasa saja, setelah gempa karena langka yang jual sayur ya alhamdulillah pendapatan naik dari sebelum gempa. Hikmahnya setelah gempa. Kami menyesuaikan harga yang ada di pasar. Harga di pasar naik, ya kita juga sesuaikan,” tutup Hajah Saidah.•KUN/DK