Jakarta – Presiden Direktur PT Pelita Air Services (PAS) berharap kepada para pemangku kebijakan terkait untuk membuat peraturan yang memudahkan perkembangan bisnis pesawat carter dalam negeri, khususnya yang melayani oil and gas company.
“Siapapun yang ada disini kita ada authority. Adapun regulator yang berkaitan dengan SKK Migas, kita pemain di oil and gas ini sangat sedikit dan sangat sulit.Barrier to entry-nya besar, tapi kemampuan kita untuk growth itu juga kecil, berat, karena peraturan yang ketat baik dari SKK Migas maupun oil and gas company sendiri,” kata Andjar Wibawanun, saat menghadiri pembukaan IBCAS (Indonesia’s Business & Charter Aviation Summit) 2014, (15/10) di Grand Mercure Hotel, Jaakrta.
Andjar berharap hal tersebut bisa dicegah, dan sebaliknya urusannya dipermudah, dengan begitu pebisnis di pesawat charter dalam negeri bisa lebih banyak dan berkembang.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Umum, Indonesia National Air Carriers Assosiation, Arif Wibowo. “Bisnis penerbangan carter Indonesia harus ditingkatkan kualitas bisnisnya agar mampu bersaing saat penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015,” ujarnya.
Menurut Arif, kondisi bisnis penerbangan carter saat ini masih belum berkembang dengan para pemangku kepentingan belum melihat potensi dari bisnis penerbangan carter. Ia mengatakan pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan bisnis tersebut. Kondisi infrastruktur belum mampu mendorong pertumbuhan bisnis tersebut.
“Perusahaan penerbangan carter nasional perlu mendapat dukungan seperti, kepastian regulasi, kesiapan infrastruktur, keberadaan fasilitas pemeliharaan serta ketersediaan suku cadang pesawat,” kata Arif.
Arif menyatakan, maskapai penerbangan carter berperan mendorong pertumbuhan ekonomi. “Semakin pesatnya pertumbuhan bisnis di Indonesia membutuhkan akomodasi yang cepat. Karena itu, bisnis penerbangan carter dapat memiliki peran yang lebih signifikan dalam mendorng pertumbuhan ekonomi nasional,” katanya.
Ketua Penerbangan Tidak Berjadwal INACA, Denon Prawiraartmadja mengatakan bisnis pesawat carter memiliki potensi untuk tumbuh. “Dengan ceruk pasar baru 5% dari seluruh jasa penerbangan nasional, perusahaan penerbangan carter diperkirakan mencapai nilai penjualan hingga US$ 530 juta,” papar Denon.
Ia menambahkan komposisi armada pesawat carter Indonesia hanya 253 unit dibanding 442 unit pesawat yang terbang secara berjadwal. “Secara umum penerbangan carter Indonesia masih didominasi oleh transportasi personel perusahaan migas, VIP, ambulans udara, survei udara dan penerbangan khusus untuk turis,” jelas Denon.
Sementara itu Andjar Wibawanun mengatakan, PT PAS, sebagai provider terbesar yang men-support oil and gas company, pihaknya akan tetap fokus melayani sektor oil and gas. Rencananya akan didatangkan satu lagi unit pesawat jenis ATR 72- 500 yang khusus melayani PT Pertamina (Persero), dengan rute penerbangan Jakarta – Dumai, Jakarta-Cilacap, dan Jakarta-Cirebon.•SAHRUL