CILACAP – Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dalam sambutannya menyampaikan kebutuhan energi saat ini, cukup besar seiring dengan pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk, dan kebutuhan pembangunan. Semua itu tentu membutuhkan suatu industri dan suatu fasilitas yang memadai secara terus-menerus. “Kali ini kita membangun, besok kita harus membangun yang lebih baru lagi untuk memenuhi kebutuhan. Kita harapkan bisa mendekatkan dengan swasembada dan memenuhi kebutuhan dalam negeri, baik dari segi processing-nya juga industri hilir yang hadir di sini,” kata Wapres Jusuf Kalla usai meresmikan beroperasinya RFCC Refinery Unit IV Cilacap.
Dengan upaya tersebut, Wapres berharap Pertamina di samping melaksanakan pengembangan industri bahan bakar migas, juga mengedepankan industri hulu sehingga bisa memenuhi kebutuhan energi. Suka atau tidak, lanjut Kalla, Indonesia sudah lama mengalami kekurangan kapasitas dalam refinery, dan sangat tergantung terhadap impor, baik bahan mentah maupun bahan jadinya seperti premium.
Karena itu, kehadiran RFCC menjadi jawaban terhadap upaya pemerintah dalam mengurangi impor BBM. Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto dalam sambutannya menyatakan, RFCC akan mengolah feed stock berupa LSWR (Low Sulfur Waxy Residue) sebanyak 62.000 barel per hari, yang dihasilkan dari Crude Distillation Unit (CDU) II menjadi produk bernilai tinggi, yaitu HOMC, peningkatan produksi LPG dan produk baru Propylene. Proyek dengan nilai investasi US$846,89 juta tersebut dilaksanakan oleh konsorsium Adhi-GS E&C.
RFCC yang memiliki 21 unit equipment telah beroperasi dan meneteskan produk perdananya pada 30 September 2015. Pada saat diresmikan, menurut Dwi Soetjipto, RFCC telah beroperasi 100% dan dapat memproduksi HOMC sekitar 37.000 barel per hari, LPG 1.066 ton per hari, dan Propylene 430 ton per hari.
Dari produksi HOMC tersebut, sebagian besarnya diproses lebih lanjut untuk diproduksikan menjadi Premium. Saat ini, produksi Premium dari kilang Cilacap sebanyak 61.000 barel per hari. Dengan beroperasinya RFCC, produksi Premium dari Kilang Cilacap akan menjadi 91.000 barel per hari sehingga impor Premium dapat ditekan. “Dengan beroperasinya RFCC, bisa mendapatkan tambahan penerimaan sekaligus penghematan devisa hingga Rp 3,6 juta dolar Amerika per hari,”tegas Dwi.
Selain itu, katanya dampak berganda pengoperasian RFCC dapat dirasakan oleh masyarakat dengan membuka lapangan pekerjaan untuk 8.700 orang selama proyek dan 400 orang saat beroperasi.
Peresmian RFCC dibarengi dengan pemancangan tiang pertama Proyek Langit Biru Cilacap, serta penandatanganan Head of Agreement Refinery Development Master Plan Kilang RU IV Cilacap antara Pertamina dan Saudi Aramco. Hadir dalam acara tersebut, diantaranya Menteri ESDM Sudirman Said, Menteri BUMN Rini M Soemarno, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, jajaran Direksi dan Komisaris Pertamina serta Pejabat Pemerintah Daerah setempat.•RA/DSU