Bogor– Seperti diketahui, Direktorat Hulu (Dit.Hulu) beserta seluruh anak perusahaan yang bergerak di bidang industri hulu (APH) sedang gencar meningkatkan produksi dan menambah cadangan migas Pertamina. Hal itu tidak akan berjalan lancar apabila Project Management Officer (PMO) dan Project Management Team (PMT) yang bertugas menjalankan serta mengawasi project tidak memiliki kemampuan yang mumpuni untuk menyukseskan project tersebut. Oleh karenanya Fungsi Upstream Development and Technology kembali menyelenggarakan Capability Building Workshop II pada 8-10 Desember 2014 di Aston Bogor Hotel and Resort.
“Capability Building Workshop II sebenarnya lebih menekankan pada improvisasi dari workshop sebelumnya yang bertujuan untuk mengisi gap yang ada, antara pengetahuan dan skill para PMO dan PMT,” kata Senior Vice President (SVP) Upatream Development and Technology, R. Gunung Sardjono Hadi dalam sambutannya di depan peserta workshop, (8/12). Menurut Gunung, ilmu project management dari tahun ke tahun terus mengalami perkembangan, di samping itu masalah yang dihadapi juga bervariasi dengan kompleksitas yang berbeda-beda sehingga dibutuhkan strategi khusus dalam penanganannya. Maka, Gunung menyatakan workshop ini sangat berguna bagi para PMO dan PMT, baik yang bertugas di Dit.Hulu maupun APH.
Lebih jauh Gunung menjelaskan workshop yang dikemas dengan metode studi kasus terkait dengan masalah EPC (engineering, procurement, dan contraction). Dengan demikian, para peserta yang saat ini sedang menangani proyek mendapatkan gambaran jelas bagaimana cara terbaik dalam mengeksekusinya. Sebagai contoh, salah satu materi yang disampaikan adalah mengenai kontrak management. Dari materi tersebut para peserta dapat mengetahui bagaimana membuat suatu kontrak yang proper. Dalam workshop kali ini seluruh peserta, lebih banyak diajak untuk berdiskusi terkait dengan masalah-masalah yang muncul ketika suatu proyek dieksekusi, serta mencari solusi terbaik. “Diharapkan dengan adanya Capability Building Workshop, ultimate goal bagaimana semua proyek kita bisa OTOBOS (on time, on budget, on scope) dapat diraih, syukur-syukur bisa ahead dan under cost,” tegas Gunung.
Selanjutnya Gunung menambahkan, dari hasil evaluasi yang dilakukan masih ada beberapa PMO atau PMT yang membutuhkan tambahan knowledge supaya memahami apa yang harus dilakukan dan tabu dikerjakan. Dia juga menyebutkan bahwa buku pedoman Pertamina Upstream Development Way (PUDW) yang beberapa waktu lalu diluncurkan (6/11) dirancang untuk menetapkan standarisasi terkait dengan minimum requirement pada posisi tertentu. “Jadi jangan sampai kita menempatkan the right man in the wrong place. Orangnya baik akan tetapi tidak paham dengan proyek yang dijalankan,”tutur Gunung menjelaskan situasi. Rencananya workshop ini akan dilakukan secara kontinyu, tidak hanya untuk level PMO atau PMT saja tetapi juga sampai ke level GM proyek dan Manager.•DIT. HULU