CILACAP - Asih Wijayanti, seorang wanita paruh baya yang merupakan salah satu pegiat UKM di Cilacap. Sejak tahun 2009, dengan berbekal keterampilan menjahit ia mencoba membuat pernak pernik kebutuhan rumah tangga seperti korden, taplak meja, taplak kulkas, dan lain-lain. Dengan bermodalkan satu unit mesin jahit dan keterampilan yang dimiliki ia mencoba membuat desain, menggunting pola, menjahit sampai memasarkan hasil kreasinya sendiri. Produk buatannya laku di pasaran. Namun, lama kelamaan produknya sudah mulai banyak ditiru orang. Pesanan pun mulai menurun. Kondisi ini membuatnya berpikir untuk beralih membuat produk yang lain.
Asih memutuskan untuk membuat kerajinan dari bahan spoundbound. Ia mulai membuat tas kemasan souvenir mulai dari souvenir ulang tahun, pernikahan, tas produk, maupun goodie bag yang coba dipasarkan ke kantor-kantor Dinas yang ada di Kabupaten Cilacap. Upayanya berhasil dan ia kembali kebanjiran permintaan. Merasa kewalahan dengan banyaknya pesanan, maka ia memutuskan merekrut salah seorang tetangga untuk bekerja padanya.
Dari sinilah cerita sukses dimulai. Di tengah banyaknya pesanan ia mendapat ide dari seorang teman untuk mengembangkan usaha membuat organizer (rak penyimpanan untuk kerudung, penyimpan tas, helm, dan sepatu. Hasilnya, ia mampu merekrut 10 karyawan dan menambah unit mesin jahit. Seiring berjalannya waktu usaha yang sudah mulai berkembang kembali menurun. Lagi-lagi produknya banyak dijiplak orang.
Wanita gigih ini mulai memikirkan lagi upaya lain. Asih bersama 11 karyawannya membuat souvenir tas pelatihan atau tas souvenir kantor seperti tas laptop, tas punggung, tempat pensil, pouch dll dengan model dan bahan sesuai permintaan konsumen. Saat itulah dia memutuskan menjadi mitra binaan RU IV Cilacap. Setelah kurang lebih 1 tahun menjadi mitra binaan Pertamina, dirinya mengaku sangat terbantu. Pinjaman lunak dari Program Kemitraan Pertamina membantu usahanya terus berkembang.
Lalu muncul ide membuat tas kulit sebagai pengembangan usahanya selain membuat souvenir. Karena itu secara otomatis dibutuhkan lebih banyak lagi tenaga kerja. Namun sukses yang tengah dirasakan Asih ini mendadak harus berhenti.
Merebaknya virus COVID-19 memberikan dampak pada usahanya. Ribuan pesanan yang sudah siap dikirim dibatalkan konsumen.Tidak hanya 1 atau 2 konsumen yang membatalkan, tapi hampir semuanya.
Di tengah kegalauan, kurangnya pasokan APD baju hazmat dan masker kain memberi inspirasi bagi Asih. Ia segera bergerak untuk membuat masker kain dan merancang baju hazmat bagi kebutuhan paramedis. Untuk kesekian kalinya, Asih mulai lagi dibanjiri pesanan. Kekhawatiran tentang nasib karyawannya teidak terbukti. Bahkan dari 20 karyawan, sekarang Asih memiliki 50 karyawan.
Pesanan hazmat dan masker yang diterima Asih tidak hanya dari sekitar wilayah Cilacap. Namun merambah hingga kota kota lain. Hebatnya Asih bahkan menyuplai kebutuhan bagi paramedis di wisma atlet sebagai pusat karantina PDP Covid-19 dan dari Dompet Dhuafa.
Selain mengerjakan pesanan, Asih tak lupa memberikan donasi masker kepada orang - orang di pasar, dan kepada mereka yang membutuhkan. Kepeduliannya memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 cukup tinggi, alasannya tegas menurutnya semua orang harus memakai masker.
Begitulah Asih, sesuai dengan namanya, ia sosok perempuan yang memiliki jiwa welas asih. Meraih sukses melalui proses jatuh bangun dan tak kenal putus asa.*RU IV