PALU – Suasana kota Palu dan sekitarnya pasca gempa dan tsunami yang terjadi pada 28 September lalu sempat ricuh. Masyarakat terdampak yang selamat bencana tersebut resah karena kondisi di lingkungan tempat tinggal mereka porak poranda dan tanpa penerangan.
Dalam situasi seperti itu, masyarakat berupaya mencari sumber energi dan terfokus pada SPBU. Berbondong-bondong mereka mendatangi SPBU yang terlihat masih bisa beroperasi. Salah satunya terjadi di SPBU Jalan Maluku, Kota Palu.
Menurut salah satu operator SPBU, Arifin, hari pertama usai bencana, ia bersama operator lain yang selamat berniat membuka SPBU. Namun, karena kondisi masih rawan pasca gempa, niatan tersebut diurungkan, apalagi energi listrik tidak ada sama sekali.
Akhirnya, pada hari kedua, Minggu (30/9/2018) pukul 10.00 WITA, ia dan rekan sejawatnya membuka SPBU karena sudah banyak warga yang ingin membeli BBM.
“Dari 16 operator, hanya ada dua operator termasuk saya yang ada. Akhirnya saya dibantu oleh pengawas dan staf lainnya. Operator lain tidak ada karena masih takut dan trauma. Begitu kita buka SPBU, masyarakat sudah datang berbondong-bondong di sini. SPBU yang lain tidak buka. Daripada dijarah, lebih baik kita buka. Akhirnya sampai malam ke pagi,” jelas pria yang sudah menjadi operator SPBU selama 10 tahun itu.
Keesokan harinya, pada Senin (1/10/2018), antrean di SPBU tersebut semakin ramai hingga ke jalan. Gempa susulan sempat dirasakannya. Namun, ia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya sebagai operator karena antrean masih banyak.
“Pikiran saya saat itu bercabang. Ada gempa-gempa susulan, saya teringat anak istri saya di rumah, tapi saya tidak bisa kemana-mana karena harus melayani pembeli. Jadi kita layani semua. Dari Minggu - Senin 24 jam terus. Yang penting saling memantau. Tidak ada shift, kita lembur terus berangkat pagi, pulang jam 3 pagi, besoknya begitu terus demi melayani masyarakat,” kenangnya.
Namun ia merasa beruntung karena masyarakat yang datang berduyun-duyun tetap tertib dan dapat diatur. Personel TNI disiagakan untuk mengamankan SPBU. Walaupun keadaan sempat memanas karena masyarakat saling berdesakan, ia menenangkan masyarakat bahwa pasokan BBM masih banyak dan semua yang mengantre akan mendapatkan BBM yang diinginkan, baik untuk kendaraan maupun penerangan seperti genset.
“Kita selalu bilang ke masyarakat yang antre ‘Pak, Bu, sabar, sabar. Semua orang sama-sama butuh BBM. Saya pasti isi, minyak banyak. Jangan takut kehabisan. Tenang saja, minyak banyak. Jangan takut tidak diisi. Mau diisi tidak? Kalau mau diatur saya isi. Kalau tidak, saya juga tidak mau isi’. Saya bilang begitu ke masyarakat,” tuturnya.
Setelah itu, masyarakat menjadi lebih tenang dan mudah diatur. Apalagi setelah ada mobil tangki BBM yang masuk ke SPBU membawa BBM.
“Saya kasih lihat, ‘Itu ada mobil tangki sudah datang. Tenang minyak masih banyak’,” ceritanya.
Sekarang, antrian sudah tidak ada. Pertamina telah berhasil menormalkan kembali operasional SPBU di wilayah Palu, Donggala, Sigi dan sekitarnya dengan pasokan BBM yang lebih dari cukup untuk masyarakat terdampak.•KUN/DK