Cerdas Kupas Kiat Rawat Produksi Ladang Tua

CEPU - Bukan rahasia lagi, bila sebagian besar ladang minyak dan gas bumi (migas) milik PT Pertamina (Persero) merupakan lapangan-lapangan uzur dengan kondisi reservoir yang sudah depleted, namun semangat mengelolanya tidak pernah kendur. Sebagai satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang energi migas, panas bumi, dan energi baru serta terbarukan lainnya yang 100 persen sahamnya dimiliki pemerintah, Pertamina diamanahkan tanggung jawab untuk menjaga ketersediaan pasokan energi dalam negeri. Hal ini dimaksudkan agar pembangunan ekenomi bangsa dapat terus tumbuh dan berkelanjutan. Tugas tersebut menuntut laskar migas Pertamina bekerja cerdas dalam berbagai situasi. Kreativitas dan inovasi dalam memilih serta menerapkan teknologi tepatguna, menjadi kunci untuk menjaga produksi dengan efisiensi tinggi, sesuai koridor cost effectiveness.

Melalui perspektif di atas, PT Pertamina EP (PEP), salah satu anak perusahaan Pertamina menyusun langkah dan strategi supaya capaian produksi tetap terjaga. Meski, banyak asset produksi baik subsurface maupun asset di atas permukaan tergolong asset tua, ternyata PEP mampu mencari solusi lewat berbagai terobosan untuk mengatasi setiap kendala dan hambatan yang menonjol khas operasi di aset tua. Kendala dan hambatan tersebut, antara lain seperti menekan laju natural decline rate, problem kepasiran, peningkatan kadar air hingga di atas 80 persen, kebocoran pompa, kerusakan gas lift compressor, pipa selubung yang korosif, kebocoran jalur flow line karena termakan usia, dan lain-lain. Hal ini tergambar dari capaian produksi migas di setiap asset lapangan PEP yang melampaui target. Salah satu di antaranya adalah PEP Asset 4 Cepu Field.

“Kinerja produksi Cepu Field saat ini mampu melebihi target yakni, 2.395 barel minyak  per hari (BOPD) atau 102 persen dari RKAP 2018 sebesar 2.348 BOPD, dan 67,20 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD) atau 26 persen melebihi target RKAP sebanyak 53,17 MMSCFD,” kata Afwan Daroni, Cepu Field Manager.

Menurut Afwan, capaian tersebut diraih berkat berbagai upaya yang dilakukan oleh seluruh jajaran Cepu Field, salah satunya adalah penyelesaiian program pengeboran  sumur TPN-006 pada TW I/2018, yang menyumbangkan tambahan produksi sebesar 99 BOPD. Selain itu program optimalisasi sumur juga terus dilakukan, di antaranya; (1) Stimulasi Nitrified Acidizing sumur TPN-004 pada TW I/2018, gain 55 BOPD; (2) Stimulasi Nitrified Acidizing sumur TPN-004 dan TPN-005 pada TW III/2018, memberikan tambahan produksi masing-masing 23 BOPD dan 24 BOPD; (3) Perawatan Sumur (PES) sumur-sumur di struktur Kawengan, Semanggi, Ledok, dan Nglobo menghasikan gain produksi sebesar 157 BOPD; (4) Optimasi artificial lift menggunakan Hydraulic Pumping Unit (HPU) long stroke dan electric submersible pump (ESP); serta (5) Penggantian rangkaian tubing NSCT terpasang dengan tubing External Upset End (EUE) untuk menjaga lifetime dari tubing.

Selanjutnya, Afwan menjelaskan kendala lain yang juga harus segera diatasi adalah kebutuhan penambahan sumur injeksi karena semakin meningkatnya gross produksi sumur. Sementara untuk pekerjaan workover di lokasi LDK-P01 dan reparasi sumur TPN-006 akan terus dilakukan hingga akhir tahun ini dengan target gain produksi sebesar 150 BOPD. “Selain itu, kami juga menargetkan tambahan produksi sebesar 120 BOPD dari penyelesaian program pengeboran sumur BNA-P03 yang telah ditajak pada awal November lalu,” ucap Afwan mengahiri perbincangan.•DIT. HULU

Share this post